Bisnis.com, JAKARTA-- Setelah naik BUKU II, PT Bank Index Selindo kembali ancang-ancang untuk go public pada semester II 2017.
Semenjak 2013, PT Bank Index Selindo telah berencana go public. Pihaknya telah menunjuk underwriter dan mengajukan permohonan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) demi menambah modal perseroan.
Rencana ini akhirnya mengalami penundaan karena banyaknya investor masuk, salah satunya PT Creador Kapital yang kini memilki 18,91% saham. Kini pihaknya tengah mematangkan rencana go public tersebut.
Demi menjaga likuiditas kedepan, Charlie akan mempertahankan LDR di bawah 90%. Hal ini didukung dengan kebijakan internal perusahaan yang mewajibkan kantor cabang mencari pendanaan sendiri. Peminjaman kepada kantor pusat diperbolehkan dengan syarat dikenakan penambahan biaya.
Nggak bisa kasih kredit suka-suka tapi dananya tidak tersedia, bisa gawat itu, tegasnya Sabtu (20/2/2016)
Melalui kebijakan internal tersebut, kantor cabang akan lebih berupaya menghimpun dana dari para nasabahnya daripada melakukan pinjaman kepada kantor pusat. Sebab dana pinjaman dari pusat juah lebih mahal.
Akhir Desember lalu, PT Bank Index Selindo naik buku II berkat suntikan modal bernilai ratusan miliar dari investor asing asal Jepang, soft bank ditambah pemupukan laba perseroan.
Angka pasti suntikan modal ini belum bisa diungkapkan Charlie. Namun hingga akhir Desember 2015 perseroan memiliki modal inti Rp1,126 triliun.
Untuk suntikan modal ini dilakukan Soft Bank melalui SBI FMO Fund. SBI FMO Fund atau SBI FMO Emerging Asia Financial Sector Pte merupakan perusahaan Private Equty Fund yang berkedudukan di Singapura.
Melalui suntikan modal tersebut tidak signifikan mengubah komposisi kepemilikan saham. Mayoritas saham PT Bank Index masih dimiliki dua pendiri PT, yakni PT Kazanah Indexindo sebesar 52,2% dan PT Asseta Selindo sebesar 17,51%. Sementara SBI memegang 6,07% saham perseroan
Sepanjang tahun lalu PT Bank Index Selindo membukukan total DPK sebesar Rp5,8 triliun dengan pertumbuhan 11,1% atau setara Rp582 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Target tahun ini, total DPK bisa tumbuh 8,7%(unaudited)
Aset tahun lalu mencatatkan Rp7,1 triliun atau tumbuh 13,9% sebesar Rp867 triliun (unaudited) dari Desember 2014 hingga Desember 2015 (y-o-y)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel