Bisnis.com, JAKARTA - Pasar keuangan bereaksi negatif terhadap upaya pemerintah menempatkan tingkat bunga kredit perbankan di level rendah.
Terbukti, sejumlah saham emiten bank terjungkal dan merontokkan indeks harga saham gabungan (IHSG) beberapa hari terakhir. Sejumlah analis berpendapat, sentimen berasal dari permintaan Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian BUMN kepada perbankan untuk memangkas margin bunga bersih (net interest margin/NIM).
Menanggapi gejolak di pasar keuangan tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini kondisi perekonomian nasional secara keseluruhan akan membaik. Gejolak yang terjadi di pasar keuangan merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebijakan yang diambil pemerintah.
"Ya memang ada [fluktuasi di pasar keuangan]. ekonomi keseluruhan pasti cukup baik. Bahwa ada sektor-sektor yang harus menyesuaikan ya pasti," katanya di Kantor Wakil Presiden, Selasa (23/2/2016).
Kendati investasi asing beranjak dari pasar modal, pemerintah mengaku akan tetap menjalankan kebijakan keuangan yang efisien demi memenangkan persaingan dengan negara-negara lain di kawasan.
"Tidak ada cara lain untuk bersaing dengan negara-negara Asean lainnya, dan ekonomi kita harus efisien tanpa [bunga tinggi] itu," tegasnya.
Akhir pekan lalu, IHSG terkoreksi 1,70% sebesar 81,23 poin ke level 4.697,56 dari hari sebelumnya. Koreksi Indeks terjadi akibat dorongan ambrolnya sektor finansial 3,33%.
Tiga saham bank pelat merah tercatat menjadi top laggers, yakni BBRI (-4,58%), BMRI (-4,37%), dan BBNI (6,42%). Adapun saham BBTN terkoreksi 1,63% sebesar 25 poin.
Selama sepekan, IHSG terkoreksi 0,36% dari akhir pekan lalu 4.714,39. Investor asing selama sepekan memborong saham senilai Rp14,65 triliun dan mencatat net buy Rp309 miliar.
Akhir pekan, investor asing mengambil posisi jual dengan net sell yang dibukukan senilai Rp912,23 miliar. Padahal, sejak awal pekan, investor asing terus membukukan beli bersih dengan capaian net buy Rp1,82 triliun sepanjang tahun berjalan .
Koreksi terjadi setelah Pemerintah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sepakat membentuk tim ad hoc untuk mengupayakan tingkat bunga kredit turun ke level di bawah 10% (single digit) pada akhir 2016 melalui kajian regulasi tertentu.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pemerintah akan diwakili oleh Kantor Wakil Presiden, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN dalam tim tersebut.
Merujuk pada data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Indonesia per Desember 2015, sejumlah bank raksasa mematok bunga kredit korporasi di level 10%-12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel