Bisnis.com, JAKARTA--Pada tahun ini, beberapa bank mengubah strategi bisnisnya untuk menekan rasio kredit bermasalah atau non performing loan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Nelson Tampubolon mengatakan setiap bank memiliki keahlian masing-masing untuk sektor yang menjadi fokus penyaluran kreditnya.
Pada tahun lalu, beberapa bank dipaksa untuk masuk ke sektor tertentu kendati tidak memiliki expertise di sektor tersebut.
"Di 2016 ada bank yang merubah strateginya. Yang tadinya mereka ingin masuk karena ikut-ikutan, sekarang mereka fokus ke sektor tertentu," ujarnya di Jakarta, Senin (22/2/2016).
Nelson menyatakan seharusnya bank-bank memang tidak memaksakan untuk menggarap lahan bisnis yang kurang dikuasai untuk menekan angka rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
Salah satu contohnya, NPL di sektor konstruksi kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) II berada di level 7,62% per akhir tahun lalu.
Menurutnya, ini disebabkan bank-bank dengan modal inti antara Rp1 triliun hingga Rp5 triliun tidak memiliki tenaga ahli di sektor konstruksi.
Namun, tetap memaksakan untuk menyalurkan kredit di sektor tersebut.
Adapun, terkait perubahan strategi bisnis di tahun ini, Nelson menyebutkan, terutama dilakukan oleh bank-bank milik investor asing.
"Dulu mereka merasa bisa main di konsumer dan ritel, padahal tidak punya keahlian di sana. Mereka ubah strategi, itu wajar," ucap Nelson.
Dengan beberapa bank yang mengubah arah bisnisnya tahun ini, Nelson berharap NPL bank dapat ditekan, ditambah dengan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menggerakkan sektor riil yang sempat lesu pada tahun lalu akibat perlambatan ekonomi global dan domestik.
Bank Indonesia mencatat NPL industri perbankan Tanah Air pada akhir tahun lalu mencapai level 2,5% (gross) dan 1,2% (net) atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,7% (gross) dan 1,3% (net).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel