Bisnis.com, PADANG—Otoritas Jasa Keuangan menargetkan kinerja perbankan Sumatra Barat tumbuh di atas 12% tahun ini, mengingat kian longgarnya likuiditas di pasaran dan mulai pulihnya perekonomian.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Sumbar Indra Yuheri menyebutkan tahun lalu industri perbankan daerah itu mengalami tekanan akibat pelemahan ekonomi global yang berimbas menurunnya harga komoditas petani.
“Terutama (bank) yang debiturnya dari sektor pertanian dan perdagangan, itu paling tertekan karena daya beli masyarakat jadi turun,” katanya, Kamis (25/2/2016).
Dia mengatakan secara umum pertumbuhan perbankan Sumbar tahun lalu sedikit melambat di kisaran 11%. Pada 2016 ini, pertumbuhan diperkirakan belum akan optimal, tetapi diyakini lebih baik dari tahun sebelumnya.
Indra mendorong perbankan lebih aktif menyasar dana murah di masyarakat dengan memanfaatkan jaringan bank atau bekerjasama dengan BPR di daerah, termasuk juga memperluas program Laku Pandai dengan merekrut agen bank.
Apalagi, imbuhnya, ada indikasi ketidakseimbangan fungsi intermediasi bank dengan tingginya loan to deposit ratio/LDR perbankan daerah itu yang mencapai 145,1% di penghujung 2015.
“Artinya lebih banyak dana dari luar yang masuk untuk kemudian disalurkan di Sumbar dalam bentuk kredit. Dugaan saya, ada banyak dana di masyarakat yang belum tersentuh akses perbankan,” ujar Indra.
Adapun, Data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional kuartal IV 2015 yang dirilis Bank Indonesia mencatatkan pertumbuhan aset perbankan Sumbar di penghujung tahun lalu mencapai 12,9% atau menjadi Rp54,31 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp48,10 triliun.
Sedangkan kinerja kredit tumbuh 12,2% atau menjadi Rp48 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp42,77 triliun, dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11,3% atau menjadi Rp33,08 triliun dari Rp29,73 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel