Investasi dan Proteksi, Bisakah Berjalan Bersamaan?

Bisnis.com,28 Feb 2016, 01:15 WIB
Penulis: Rezza Aji Pratama
Solusinya, agar proteksi dan investasi bisa berjalan beriringingan adalah dengan memisahkan keduanya. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan. Investasi  terutama bagi generasi muda dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang.

Saat ini beragam instrumen investasi bisa dengan mudah didapatkan. Pilihannya beragam mulai dari deposito, reksa dana hingga yang agresif seperti saham.

Investasi juga tidak lagi identik hanya berlaku bagi kalangan berpunya. Dengan dana relatif kecil semua orang saat ini bisa juga berinvestasi di pasar keuangan. Untuk reksa dana misalnya, investasinya bisa dilakukan hanya dengan Rp100.000 per bulan. Bagi pekerja baru yang penghasilanya belum terlalu besar, investasi tersebut tentu masih terjangkau.

Apakah generasi pekerja junior ini hanya cukup melakukan investasi? Bagaimana dengan kebutuhan lain seperti proteksi asuransi?

Perencana keuangan Hasan Azzahid menyarankan agar para anak muda ini tidak hanya memikirkan investasi. Proteksi diri melalui asuransi tetap harus menjadi pertimbangan. Berapa besarannya? “Tergantung kondisi keuangan dan beban yang ditanggungnya,” katanya.

Dalam jajaran produk keuangan sebenarnya ada instrumen yang menggabungkan antara investasi dan asuransi. Masyarakat umum mengenalnya sebagai unit link. Namun, Hasan yang juga menjabat sebagai Ketua Ranking dan Rating Produk Keuangan Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (Aperkei), justru menilai unit link justru bukan pilihan yang bijak bagi individu.

Hasan menuturkan unit link membutuhkan premi yang cukup besar setiap bulannya. Padahal, bagi pekerja baru yang gajinya tidak terlalu besar harus pintar-pintar menyiasati berbagai pengeluaran termasuk investasi dan asuransi. Unit link lebih direkomendasikan bagi mereka yang memiliki dana besar.

Dia memberikan ilustrasi. Pekerja dengan gaji Rp5 juta dengan satu orang anak berusia di bawah 5 tahun misalnya, di sarankan untuk memiliki proteksi hingga Rp1,2 miliar.

Nah, untuk mendapatkan nilai proteksi sebesar itu, biasanya seseorang harus membayar premi unit link hingga Rp1 juta per bulan. “Bagi pekerja dengan gaji Rp5 juta, harus mengeluarkan Rp 1juta untuk investasi dan proteksi tentu sangat berat,” katanya.

Solusinya, agar proteksi dan investasi bisa berjalan beriringingan adalah dengan memisahkan keduanya. Hasan menuturkan, yang sebaiknya dilakukan adalah memilih asuransi tertentu dan menyisihkan sebagian lainnya untuk investasi.

Dia menjelaskan, jika khusus untuk asuransi premi yang harus dikeluarkan biasanya hanya sekitar Rp300.000 per bulan. Dengan demikian, alokasi dana untuk investasi seperti reksa dana bisa lebih besar lagi.

Memilih investasi yang tepat juga harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan. Untuk jangka pendek 1 tahun sampai 3 tahun  sebaiknya memilih reksa dana pendapatan tetap atau pasar uang.

Sementara itu, untuk jangka menengah 3 tahun sampai 5 tahun lebih baik memilih reksa dana campuran. Adapun untuk jangka panjang di atas lima tahun di sarankan untuk memilih reksa dana saham.

Kebiasaan berinvestasi sejak usia muda akan membantu di masa tua. Porsinya tidak perlu terlalu besar, cukup 10%-20% dari total pendapatan. Investasi juga harus dilakukan di awal bulan ketika uang masih tersedia.

Jika seseorang mematok target nominal tertentu untuk masa pensiunnya, para bujangan akan lebih ringan dalam mencicilnya. Apalagi jika orang tersebut mulai berinvestasi sejak usia muda maka nominal yang harus dikeluarkan setiap bulan tentu lebih kecil.

Nah, jika kebutuhan investasi sejak muda sudah menjadi kesadaran tentu kita tidak boleh melupakan kebutuhan proteksi. Jika sewaktu-waktu terkena penyakit, proteksi asuransi tersebut akan memberikan manfaatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini