Beban Naik, Laba Merck Anjlok

Bisnis.com,10 Mar 2016, 12:16 WIB
Penulis: Lingga Sukatma Wiangga
logo baru merck

Bisnis.com, JAKARTA - Laba emiten farmasi PT Merck Tbk., pada 2015 hanya mencapai Rp142,54 miliar jumlah itu menurun sekitar 21,7% dibandingkan capaian pada 2014 yang sebesar Rp182,14 miliar.

Padahal, menilik laporan keuangan perseroan asal Jerman tersebut, penjualan pada 2015 naik sekitar 13,9% menjadi Rp983,44 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp863,20 miliar.

Menurunnya, laba perseroan berkode saham MERK di tengah penjualan yang moncer disinyalir disebabkan beberapa lini beban mengalami kenaikan yang cukup signifikan.  

Beban pokok penjualan perseroan pada 2015 mencapai Rp487,19 miliar. Jumlah itu naik 20,41% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp404,60 miliar. Adapun beban penjualan perseroan pada 2015 sebesar Rp254,08 miliar, naik sekitar 16,75% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp217,62 miliar.

Rugi kurs perseroan pada 2015 pun naik sekitar 28,74% menjadi Rp1,18 miliar, sedangkan tahun sebelumnya hanya Rp919 juta. Arryo Aritrixso Wachjuwidajat, Direktur Pabrik Merck menyebut, khususnya untuk penjualan memang raihan pada 2015 sudah sesuai target pihaknya yaitu menyasar pertumbuhan double digit

Di sisi lain dia mengamini, jika kondisi ekonomi yang melambat dalam dua tahun terakhir serta diikuti anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menambah beban usaha. Oleh sebab itu pihaknya sejak 2014 gencar melakukan efisiensi ongkos produksi.

Dia mengatakan, efisiensi khususnya dilakukan pada bagian produksi dan pengemasan, dengan memperbaiki dan mempercepat proses tersebut. Efisiensi pun dilakukan mengingat saat rupiah terdepresiasi harga bahan baku ikut melambung.

Sebabnya, lebih dari 50% bahan baku harus diimpor seperti dari China, Amerika Serikat dan India. Meski demikian dia enggan menjawab penambahan beban impor maupun efisiensi pada tataran tersebut sejak dua tahun terakhir.

“Umumnya [impor] bahan baku aktif karena dilindungi oleh paten dan tidak semua bisa dilakukan sintesa di Indonesia. Baik obat bebas, suplemen, maupun obat resep mempunyai porsi sama dalam bahan baku impor,” katanya belum lama ini.

Dia mengklaim, efisiensi yang dilakukan pihaknya sejak 2014 mampu menekan kenaikan harga jual. Dia mengakui, tahun lalu pihaknya beberapa kali menaikan harga jual, namun besarannya tidak dikatakan Arryo.

Jika dirinci, pada tahun lalu pihaknya berhasil menghemat ongkos produksi hingga 350.000 euro. Pada 2014 pihaknya mampu ‘mengamankan’ biaya produksi sekitar 200.000 euro. Tahun ini target efisiensidipatok mencapai 300.000 euro.

Menurut dia, efisiensi pada 2015 dan 2016 sangat memungkinkan lebih besar dari 2014. Hal ini dikarenakan pada 2015 dan tahun ini pihaknya gencar menambah mesin baru dengan nilai investasi sekitar 9 juta euro.

Untuk melakukan efisiensi produksi dia mengklaim perseroan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja. Perseroan menurutnya harus menambah pekerja seiring penambahan mesin baru karena dalam industri farmasi minimal campur tangan manusia pada alat produksi mencapai 25%.

Di sisi lain, lanjutnya, efisiensi penting dilakukan perseroan demi meraih pertumbuhan penjualan double digit tahun ini. Selain itu, untuk meningkatkan penjualan, MERK tahun ini sudah mempersiapkan dua hingga produk baik untuk suplemen maupun obat resep. Sebelumnya, MERK menganggarkan belanja modal dikisaran 20 juta euro hingga 25 juta euro.

Jumlah tersebut akan diserap dari 2015 hingga 2018 melalui empat tahap. Tahap pertama pembangunan infrastruktur pabrik. Tahap kedua dan ketiga penambahan mesin untuk keperluan obat tablet dan kapsul, dan tahap terakhir penyediaan mesin untuk obat cair.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini