Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan tambang milik negara, PT Timah (Persero) Tbk. melalui anak usahanya, PT Timah Adhi Wijaya, berencana membangun hotel dan kawasan industri di Bangka Belitung.
Berdasarkan laporan tahunan perseroan 2015, emiten berkode saham TINS itu berencana mengembangkan lahan seluas 70 hektar untuk pembangunan hotel di Bangka Belitung.
Selain itu, perusahaan juga berencana membangun kawasan industri di lahan seluas 100 hektar di kawasan Tanjung Ular, Bangka Belitung.
Rencana pembangunan hotel dan kawasan industri adalah rencana tahap kedua dan ketiga yang dilakukan oleh Timah Adhi Wijaya setelah pembangunan perumahan pada tahap pertama.
Direktur Utama Timah Sukrisno memaparkan perseroan masih menyelesaikan studi kelayakan terhadap prospek bisnis tersebut.
“Akan segera menindaklanjuti dengan pembuatan rencana usaha jika hasilnya menunjukkan layaknya pengembangan usaha yang dimaksud,” paparnya dalam laporan.
Pada 2015, Timah Adhi Wijaya yang sebagian sahamnya dengan porsi masing-masing 24,5% juga dimiliki oleh BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tersebut, belum menghasilkan pendapatan atau berkontribusi kepada penghasilan konsolidasi Timah.
Perusahaan itu mengklaim telah menggarap proyek perumahan di lahan seluas 176 hektar di Bekasi, Jawa Barat dan lahan di Bangka Belitung.
Investasi awal yang digelontorkan oleh perusahaan mencapai Rp150 miliar. Pemasaran perumahan itu diharapkan dapat dilakukan pada semester II/2016.
Dari 6 anak usaha Timah yang bergerak di sektor non-timah, baru 3 perusahaan yang menghasilkan pendapatan yaitu PT Dok & Perkapalan Air Kantung senilai Rp61 miliar, PT Timah International Investment US$151.105 dan PT Rumah Sakit Bhakti Timah Rp62 miliar.
Sementara itu, seperti halnya Timah Adhi Wijaya, PT Timah Agro Manunggal dan Indomental London belum menghasilkan pendapatan.
Perusahaan melakukan pengembangan bisnis non-timah karena perkiraan cadangan timah yang akan habis pada suatu saat.
Pada saat ini kontribusi bisnis non-timah ke pendapatan perusahaan baru 5%.
Sukrisno memaparkan perseroan berencana melanjutkan pengembangan bisnis di luar penambangan timah sebagai usaha inti dengan berupaya melakukan diversifikasi usaha penambangan non-timah dan melanjutkan program hilirisasi produk timah.
“Serta bisnis berbasis kompetensi yaitu memanfaatkan aset-aset non-produktif yang dimiliki untuk dijadikan sumber pendapatan,” papar Sukrisno.
Pada 2015, kinerja perusahaan tidak sesuai dengan target awal. Pendapatan perusahaan mencapai Rp6,87 triliun pada 2015 atau di bawah target Rp9,02 triliun.
Pendapatan tersebut juga turun dibandingkan dengan Rp7,51 triliun pada 2014.
Sementara itu, perseroan mengumpulkan laba bersih senilai Rp102 miliar pada 2015 atau di bawah target sebesar Rp721 miliar.
Pencapaian laba bersih itu 84% lebih rendah dibandingkan dengan Rp673 miliar pada 2014.
Pada 2015, perusahaan memproduksi biji timah sebesar 26.361 ton, logam timah 27.431 Mton serta penjualan logam timah 30.087 Mton.
Produksi biji timah dan logam timah itu di bawah target awal masing-masing sebesar 30.000 ton dan 29.260 Mton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel