Lewati Masa Terburuk, Harga Minyak Sulit Kembali ke US$70-US$100

Bisnis.com,08 Apr 2016, 22:03 WIB
Penulis: Surya Rianto
Kilang minyak/Ilustrasi-Antara-Idhad Zakaria

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak diprediksi masih sulit untuk kembali ke kisaran US$70 sampai US$100 per barel untuk ke depannya. Harga minyak akan bergerak menuju harga penyesuaian pasar yang baru.

Chi-Chao Lin, Kepala Ekonom Cathay United Bank, mengatakan harga minyak sudah melewati masa-masa terburuknya yang sempat mecapai kisaran US$25. Saat ini biaya eksplorasi minyak sudah naik tinggi. Di Amerika Serikat (AS) saja biaya eksplorasi sudah naik 18%, lalu beberapa produsen minyak juga sudah membatasi produksinya.

"Perkembangan sikap Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia sudah membaik terkait produksi minyak," ujarnya dalam Investment Forum Cathay United Bank pada Jumat (8/4/2016).

Meskipun demikian, sikap OPEC dan Rusia sudah lebih ketat untuk pertumbuhan produksi minyak, tetapi produksi dan pasokan minyak shale oil AS masih tinggi menjadi tekanan utama untuk harga minyak.

Menurut data Energy Information Administration (EIA), posisi produksi shale oil AS pada pekan yang berakhir (1/4) turun 0,22% menjadi 9 juta barel per hari, sedangkan posisi pasokan minyak mingguan AS turun 0,92% menjadi 529,89 juta barel.

Adapun, sampai pukul 19:50 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 3,89% menjadi US$38,71 per barel, sedangkan harga minyak Brent naik 3,42% menjadi US$40,78 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini