Temu Kebangsaan Lintas Iman Bahas Tantangan MEA dan Toleransi

Bisnis.com,11 Apr 2016, 12:03 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku menikmati berinteraksi di media sosial, utamanya melalui Twitter. Alasannya, dia bisa berdialog dan mendapat wawasan baru terkait banyak hal./Antara
Kabar24.com, JAKARTA - Para pemuda lintas iman yang tergabung dari para penggerak berbagai komunitas sosial, akademisi, ekonomi, ataupun politik menyelenggarakan Temu Kebangsaan Lintas Iman di Cico Resort, Bogor, pada 8-10 April 2016.


Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Indonesia memiliki karakter yang berbeda dari negara lainnya karena bukan negara secular ataupun negara agama. Lukman Hakim menyebut Indonesia sebagai negara dan agama yang saling membutuhkan.

Menurutnya, negara membutuhkan agama, karena masyarakat Indonesia pada umumnya adalah individu yang religius. Sementara agama juga membutuhkan negara untuk memberi ruang beribadat seperti hari libur pada setiap hari raya keagamaan.

"Tuhan menciptakan keberagaman, supaya kita yang terbatas bisa saling melengkapi," kata Lukman Hakim dalam siaran pers yang diterima, Senin (11/4/2016).

Yanuar Nugroho, Deputi II Staf Kepresidenan turut hadir sebagai pembicara bersama Yenni Wahid, dari Wahid Institute. Yanuar memaparkan tantangan masyarakat ekonomi Asean (MEA) dengan sejumlah pembangunan yang harus dilakukan bangsa. Yanuar pun menyebut beberapa permasalahan misalnya persoalan ketidakmerataan infrastruktur, ketimpangan sosial, bonus demografi dan peluangnya dalam MEA.

Saat ini pemerintah menyadari pentingnya kolaborasi dengan masyarakat. Seperti program Pencerah Nusantara di Kementerian Kesehatan, Garda Guru di Kementerian Pendidikan Dasar, PETA sebagai program dari Kementerian ESDM, ungkap Yanuar.

Sementara itu, Yenni Wahid menjelaskan berbagai tradisi nusantara yang toleran dan sudah ada sejak lama. Misalnya, pembangunan banyak rumah ibadah, tradisi pela ngandong, serta halal bihalal.

Dia pun mengimbau agar kondisi ini harus menjadi modal generasi masa kini untuk mempertahankan dan mengembangan toleransi antar umat beragama. "Orang muda jangan terlalu berharap kepada pemerintah, tetapi mesti berusaha sendiri memperkuat masyarakat sipil," kata Yenni.

Acara Temu Kebangsaan Lintas Iman ini dihadiri oleh 100 orang muda. Beberapa lembaga pendukung kegiatan ini adalah Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja (KWI), Jaringan GUSDURian, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Biro Pemuda dan Remaja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (DPN PERADAH).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini