Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Tambah Timpang Sejak 14 Tahun Terakhir

Bisnis.com,12 Apr 2016, 07:37 WIB
Penulis: Demis Rizky Gosta
Perkembangan angka kemiskinan Indonesia 2011-2016. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia mengingatkan ancaman ketimpangan ekonomi yang tinggi di Indonesia. Level ketimpangan ekonomi penduduk Indonesia tumbuh paling cepat di Asia Timur semenjk 14 tahun terakhir (2000-2014).

East Asia Pacific Economic Update yang dirilis hari ini (Senin, 11/4/2016) oleh Bank Dunia menyatakan pertumbuhan pesat ekonomi dalam 10 tahun terakhir hanya dinikmati oleh 20% penduduk Indonesia.

Sebanyak 205 juta penduduk Indonesia atau sekitar 80% dari total jumlah penduduk tidak mampu terangkat ke golongan kelas menengah. Kenaikan koefisien Gini Indonesia dari 0,3 pada 2000 menjadi 0,405 pada 2014 adalah yang paling tinggi dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam atau Thailand.

Bank Dunia menyebutkan empat faktor yang mendasari semakin timpangnya sebaran kekayaan di Nusantara.

Pertama, akses yang terbatas bagi anak penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan perencanaan keluarga yang berkualitas. Perbedaan kesempatan tersebut membuat sebagian besar penduduk Indonesia memasuki angkatan kerja tanpa skill.

Kedua, ketimpangan di pasar tenaga kerja. Bank Dunia menyatakan hanya 5% perusahaan Indonesia memberikan pelatihan bagi pekerja. Permintaan yang tinggi atas pekerja berkeahlian di tengah rendahnya suplai membuat gaji bagi pekerja berketerampilan tinggi naik dengan pesat, sedangkan upah pekerja tanpa keahlian stagnan.

Ketiga, konsentrasi kekayaan di minoritas penduduk. Indonesia memiliki salah satu tingkat konsetrasi kekayaan paling tinggi di dunia. Sekitar 10% penduduk Indonesia menguasai 77% kekayaan Indonesia. Adapun 1% penduduk Indonesia mengusai 50% dari kekayaan.

Keempat, perbedaan kemampuan bertahan terhadap goncangan perekonomian. Golongan kaya memiliki akses terhadap perlindungan asuransi, sedangkan kelompok miskin harus mengandalkan pinjaman dari teman atau terpaksa menjual aset produktif untuk mengatasi syok.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: News Editor
Terkini