Impor China Meningkat, Tembaga Lanjutkan Reli

Bisnis.com,13 Apr 2016, 19:26 WIB
Penulis: Hafiyyan
Tembaga/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Harga tembaga melanjutkan penguatan selama empat hari berturut-turut seiring dengan penguatan impor China, sebagai konsumen terbesar di dunia, yang melonjak pada Maret 2016.

Pada perdagangan Rabu (13/4/2016) pukul 15:58 WIB harga tembaga Comex untuk kontrak Mei 2016 meningkat 0,85 poin atau 0,4% menjadi US$215,55 per pon. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah naik 3,28%.

Adapun harga tembaga LME (London Metal Exchange) pada penutupan perdagangan Selasa (12/4) naik 1,27% menjadi US$4.766 per ton, atau meningkat 3,41% sepanjang tahun berjalan.

Data bea cukai China menunjukkan impor tembaga mentah dan produk-produk tembaga naik 35,71% secara bulanan (m-o-m) pada Maret sebesar 570.000 ton dibandingkan Februari sejumlah 420.00 ton.

Secara keseluruhan, pembelian komoditas bahan baku kabel dan peralatan listrik ini pada kuartal I/2016 melonjak 30% menjadi 1,43 juta ton.  Impor bijih dan konsentrat pada kuartal pertama juga melonjak 34% menjadi 1,37 juta ton. Namun, secara bulanan pada Maret jumlahnya terkoreksi 6,2%.  

Chief Metals Analyst East Asia Futures Co., Jia Cheng di Shanghai menuturkan, Negeri Panda memacu pembelian setelah liburan panjang Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Februari 2016.

"Pembelian cadangan tembaga mendorong harga domestik dan membuat harga impor membaik," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/4/2016).

Analis Goldmand Sachs Inc. Max Layton berpendapat, harga masih bisa mengalami bullish saat pemerintah China mengeluarkan pinjaman 2,51 triliun yuan untuk menggenjot manufaktur pada periode Maret-April 2016.

Namun, adanya pinjaman sudah diperhitungkan pasar. Oleh karena itu, pertumbuhan permintaan yang lebih tinggi secara signifikan diperlukan untuk mendorong adanya reli lebih lanjut.
 
Dia menyimpulkan, rerata harga tembaga sepanjang 2016 ialah US$4.339 per ton dan anjlok sampai dua tahun ke depan atau 2017-2018 menuju ke US$4.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini