Bisnis.com, MANADO - Penyaluran kredit perbankan yang beraktivitas di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) masih tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 12,25% pada Maret 2016 (yoy) dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 13,07% (yoy).
"Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan pada seluruh jenis penggunaan kredit," kata Deputi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Peter Jacobs di Manado, Sabtu (7/5/2016).
Dia mengatakan kredit modal kerja yang hanya tumbuh sebesar 5,41% (yoy), dimana pada bulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 5,73% (yoy).
Adapun kredit konsumsi tumbuh sebesar 10,67% (yoy) dimana pada bulan sebelumnya tumbuh 10,78% (yoy).
"Perlambatan pertumbuhan terbesar terjadi pada kredit investasi yang hanya tumbuh 37,12% (yoy) dari sebelumnya 43,5% (yoy)," jelasnya.
Secara sektoral, katanya, perlambatan hampir terjadi pada seluruh sektor. Sektor perdagangan sebagai sektor dengan share terbesar untuk kredit produktif tercatat tumbuh melambat menjadi 7,98% (yoy) dari sebelumnya 9,11% (yoy).
Ditengah perlambatan tersebut, sektor pengadaan listrik, gas dan produksi es tercatat tumbuh signifikan secara tahunan. Hal ini didorong oleh pembangunan infrastruktur air bersih pada beberapa daerah, salah satunya di Kabupaten Minahasa.
Loan to Deposit Rasio (LDR) meningkat pada bulan Maret 2016 menjadi 137,57% dari 139,33% dari bulan sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang tercatat tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit.
NPL di sisi kualitas kredit, rasio NPL menunjukkan penurunan yang mencerminkan membaiknya kualitas kredit pada bulan Maret 2016. "Rasio NPL naik membaik menjadi 3,62% dari 3,71% pada bulan sebelumnya," jelasnya.
Adapun kredit sektor pertanian sebagai sektor terbesar pembentuk perekonomian Sulut turut menunjukkan perbaikan kualitas menjadi sebesar 9,89% dari 10,36%, meski demikian rasio yang masih berada di atas lima persen patut untuk terus mendapatkan perhatian khusus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel