Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan reasuransi raksasa milik pemerintah, PT Reasuransi Indonesia Utama, diperkirakan akan memulai operasional bisnis pada semester II/2016 mendatang.
Adi Pramana, Direktur Teknik Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re), mengatakan saat ini pihaknya berkonsentrasi merampungkan administrasi agar dapat operasional penuh sebagai perusahaan reasuransi sekaligus sebagai operating holding reasuransi BUMN.
Sejumlah langkah tengah dirampungkan untuk mengejar target ini. Langkah itu meliputi pembentukan anak usaha syariah di bawah Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) serta membeli saham minoritas di perusahaan itu.
“Setelah itu Reindo dapat dilebur ke Indonesia Re [karena sudah 100% dimiliki oleh negara],” kata Adi di Jakarta, Selasa (17/5/2015).
Cita-cita pembentukan perusahaan reasuransi raksasa Indonesia oleh pemerintah masih memerlukan sejumlah langkah lagi. Setelah Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan izin Indonesia Re pada akhir tahun lalu, ~pemerintah telah meleburkan Reasuransi Utama Indonesia (RUI)-- induk dari Reindo-- ke dalam perusahaan. Pasca aksi itu,~ Indonesia Re memiliki dua anak usaha yakni Asuransi Umum Asei Indonesia dan Reindo.
Indonesia Re kemudian mendirikan anak usaha baru di bawah Reindo. Cucu usaha ini disiapkan untuk menampung bisnis reasuransi syariah yang telah berjalan di Reindo. Sementara untuk Reindo sendiri akan dimerger tanpa likuidasi ke dalam Indonesia Re. Pasca penggabungan ini maka seluruh izin Reindo operasional dan bisnis Reindo beralih ke Indonesia Re.
“Nanti setelah merger cucu [reasuransi syariah yang baru didirikan] akan naik menjadi anak usaha,” katanya.
Sementara mengenai tahap selanjutnya dalam peta jalan yang disusun yakni penggabungan PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre) yang merupakan anak usaha PT Asuransi Kredit Indonesia, yang berada dalam fase 2, Adi menyatakan masih dalam kajian lebih lanjut untuk mendapat keputusan dari pemegang saham.
Frans Y. Sahusilawane, Direktur Utama PT Reasuransi IndonesiaUtama (Indonesia Re), mengatakan dalam kesempatan terpisah mengatakan perusahaan memiliki kapasitas dalam menyerap risiko reasuransi di dalam negeri. Ini dapat dilihat dari besarnya risk based capital (RBC) perusahaan setelah konsolidasi. Dia mengatakan diakhir 2015 tingkat RBC perusahaan mencapai 1.065,26% tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya yang mencapai 1.101,84%.
"RBC yg sangat kuat itu indikasi kekuatan kapasitas permodalanIndonesia Re [melalui anak usahanya Reindo] untuk meningkatkan retensi reasuransi dalam negeri ke depan. Jadi untuk 2016 dan seterusnya kami masih punya kapasitas untuk menampung lebih banyak reasuransi sesuai Peraturan OJK No. 14/2015," kata Frans.
Perusahaan juga menunjukan penguatan aset sepanjang 2015. Aset Indonesia Re tercatat naik dari Rp2,77 triliun menjadi Rp6,54 triliun atau tumbuh 136%. Sedangkan ekuitas naik dari Rp697,11 miliar menjadi Rp1,18 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel