EDUKASI DUIT: Awal Perusahaan Itu Seperti Biji Pohon

Bisnis.com,14 Jun 2016, 10:46 WIB
Penulis: Goenardjoadi Goenawan
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis-swi

Mendirikan perusahaan itu bukan soal uang. Ya, memang tujuan akhirnya berbuah uang. Akan tetapi, mendirikan perusahaan itu seperti biji pohon,  tidak bisa langsung menghasilkan buah. Mendirikan perusahaan itu seperti menanam pohon.

Bagi orang yang tumbuh di perkotaan, ketika kita muda, kita merasa bahwa seluruh bumi ini seperti ayam, ikan, jeruk, itu dibungkus plastik di supermarket. Itu karena kita tumbuh besar di kota. Dianggap bahwa hidup dan dunia ada 3 macam,  mini market, super market, hyper market dan mall.

Padahal kalau kita semakin  tua,  kita akan sadar bahwa semuanya orang hidup "bermula dari pohon". Sinar matahari menciptakan oksigen dari pohon. Ayam makan biji-biji jagung, sapi makan rumput. Lalu, siapa yang menanam pohon tersebut?

Jadi jangan dianggap daging sekilo Rp150.000, ayam Rp40.000 seekor. Tidak.  Saat kita mendirikan perusahaan itu harga benih pohon segala macam pohon, pohon kecil pohon besar seperti trembesi, jabon,  kenanga,  semuanya benih harganya Rp10.000. Jadi ukuran mendirikan perusahaan bukan butuh uang bukan modal.

Mendirikan perusahaan itu butuh kekuasaan. Artinya, bagaimana mungkin benih pohon seukuran 50 cm bisa besar setinggi 5 meter - 10 meter?  Itu dipupuk oleh kebersamaan, sacrifice, kesetiaan, dan kurnia Tuhan.

Apakah itu kurnia? Ada teman yang selalu hidupnya menjual. Menjual ini, menjual itu. Rasanya seperti kemana-mana bawa topeng monyet. Penuh panggung monyet.

Mendirikan perusahaan itu butuh kurnia. Ketika seorang berkongsi itu tidak saling adu monyet, tidak mengajukan syarat seperti bajak laut Phillipines. Tidak negosiasi seperti Donald Trump. Tidak menanyakan bagi hasil. Tidak. Mendirikan perusahaan itu butuh kekuasaan untuk menolong. Dasarnya rahmat pertolongan Tuhan. Peace, mercy and blessings of god.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini