Bank Dunia: Situasi Global Pengaruhi Indonesia

Bisnis.com,20 Jun 2016, 20:08 WIB
Penulis: MG Noviarizal Fernandez
Bank Dunia

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Dunia meyakini ekonomi Indonesia tetap tangguh dengan pertumbuhan PDB yang diproyeksikan mencapai 5,1% pada tahun 2016 meski pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih lamban dari yang diperkirakan akan berdampak pada pulihnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bank Dunia melansir, konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah diproyeksikan akan menopang pertumbuhan Indonesia pada tahun 2016. Kelanjutan reformasi kebijakan dapat membantu mengatasi dampak melambatnya permintaan dan gejolak pasar keuangan dunia, menurut laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ), edisi Juni 2016.

“Kebijakan keuangan yang penuh kehati-hatian, peningkatan investasi pemerintah di bidang infrastruktur dan reformasi kebijakan guna memperkuat iklim investasi, telah meno Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhannya di kisaran 5,1 persen,” ujar Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Senin (20/6).

Indonesia, menurutnya, perlu meningkatkan investasi swasta, mengingat tekanan padapendapatan pemerintah dapat membatasi rencana investasi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur yang telah mendukung pertumbuhan ekonomi.

Namun, walaupun dengan proyeksi penerimaan yang lebih rendah dan defisit fiskal yang lebih tinggi sebesar 2,8% dari PDB, menurut perhitungan Bank Dunia, 90% target investasi yang tercantum di APBN 2016 awal tetap akan terpenuhi.

Pertumbuhan belanja sektor swasta tetap tangguh di 5% tahun-per-tahun. Perkembangan dalam investasi tetap yang melambat, akibat menurunnya belanja pemerintah, berdampak pada tumbuhnya PDB Indonesia sebesar 4,9 persen tahun-per-tahun di kuartal pertama tahun 2016. Melemahnya permintaan dunia juga akan terus menekan ekspor.

Dengan melemahnya sektor komoditas, Indonesia sebaiknya meraih kesempatan memperluas sektor manufaktur dan jasa. Peran Indonesia dalam sektor manufaktur dunia tidak banyak berubah dalam 15 tahun terakhir, berkembang rata-rata di kisaran 0,6%.

Menurut Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, ini adalah kesempatan besar untuk terus melaksanakan reformasi, yang dapat memperkuat daya saing sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata.

Selain reformasi yang terus berjalan, penting juga adanya strategi yang berpusat pada pengalihan teknologi atau pembangunan kapasitas terkait disain produk, perencanaan dan pembangunan industri yang penuh prospek.

"Kemitraan yang kuat dengan sektor swasta juga sangat penting guna meremajakan industri dan naik kelas di bidang teknologi,” ujarnya.

Saat ini, ekspor manufaktur Indonesia didominasi oleh produk teknologi rendah, peleburan materi (blending), dan perakitan. Akibatnya, Indonesia rentan terhadap perpindahan lokasi perusahan-perusahaan multi-nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini