Bisnis.com, JAKARTA— PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) mencatat hingga akhir Mei 2016 telah membukukan 40% pendapatan dari target yang direncanakan.
Antonius C.S. Napitupulu, Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), menyatakan realiasi pencapaian premi ini masih sesuai dengan rencana kerja perusahaan.
Dia mengatakan pihaknya menargetkan dapat meraup premi Rp3 triliun lebih hingga akhir tahun nanti.
"Penyumbang pendapatan terbesar masih dari asuransi," kata Anton di Jakarta, Selasa (21/6/2016).
Sedangkan jika dilihat lebih lanjut, dia menjelaskan asuransi jiwa kredit masih memberikan pemasukan yang signigikan bagi perusahaan.
Selain itu bisnis penjaminan Kredit Usaha Rakyat turut membantu peningkatan pendapatan perusahaan.
"KUR yang sudah kami jamin Rp29 triliun [hingga Mei]," kata dia.
Dia mengatakan penyumbang premi lainnya yang tumbuh cukup besar adalah surety bond. Antonius memperkirakan premi dari lini ini akan tumbuh semakin signigikan mengingat pola belanja pemerintah baru akan deras di Mei hingga akhir tahun.
"Surety sangat tergantung dengan infrastruktur, saat ini kami sedang banyak mengikuti tender penyediaan asuransinya," tambah Antonius.
Askrindo memiliki enam lini bisnis yaitu penjaminan KUR, asuransi kredit, suretyship, asuransi kredit perdagangan, asuransi umum dan reasuransi.
Meski pendapatan masih sesuai target yang direncanakan, Anton mengatakan tidak demikian dengan laba. Saat ini pihaknya baru membukukan 20% dari target yang diharapkan.
Dia mengatakan meningkatnya kredit bermasalah terutama untuk mikro non KUR membuat perusahaan harus meningkatkan pencadangan serta klaim yang dibayarkan.
Meski mengalami tekanan, Anton optimis masih dapat mengejar sesuai rencana yang ditetapkan."Sampai sekarang belum ada rencana untuk merevisi," kata dia.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia mencatat asuransi kredit bagi usaha mikro kecil menengah dan koperasi melalui Kredit Usaha Rakyat juga mendongkrak pendapatan asuransi yakni lini asuransi kredit. Hingga 31 Maret 2016 pendapatan premi di asuransi kredit tumbuh 14,8% dari Rp719,51 miliar menjadi Rp826,12 miliar.
Julian Noor, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), mengatakan belanja pemerintah masih menjadi penggerak utama bisnis asuransi umum.
Dia mengatakan belanja pemerintah sebagai penggerak utama bisnis asuransi telah terlihat di sepanjang triwulan I/2016. Dari 15 lini bisnis asuransi umum, lini yang mengalami pertumbuhan signifikan banyak berkait dengan program pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel