BUKU I Masih Kejar Target Kredit

Bisnis.com,23 Jun 2016, 00:32 WIB
Penulis: Eka Chandra Septarini
suku bunga

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 1 nampaknya masih harus bekerja keras mengejar target penyaluran kredit yang turun pada posisi April 2016. Kelompok BUKU 2, 3, dan 4 masih mampu mencatatkan pertumbuhan yang relatif positif pada nilai penyaluran kreditnya. 

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia April 2016 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit kelompok bank BUKU 1 tercatat turun Rp114,41 triliun per April 2015 menjadi hanya Rp85,31 triliun pada periode yang sama tahun ini. 

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual mengatakan, penurunan penyaluran kredit pada kelompok tersebut, lantaran masih berhati-hati dan konservatif dalam menyaluran kreditnya agar bisa menekan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). 

"Secara nasional NPL juga meningkat, tetapi BUKU 1 dan BUKU 2 dengan model bisnis tertentu melihat risiko kredit masih tinggi sehingga mereka juga mengurangi kredit," ujar David saat dihubungi Bisnis di Jakarta, Rabu (22/6). 

David menyebutkan, kelompok BUKU 1 akan mengikuti kondisi tren nasional dengan mengejar pertumbuhan penyaluran kredit pada smester II/2016 ini. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listianto menambahkan, bank kategori BUKU 1 harus bekerja lebih untuk menjaring dana himpunan dari masyarakat sehingga menawarkan bunga simpanan yang relatif tinggi agar menarik. 

Di sisi lain, agar memiliki keuntungan yang sama dengan bank besar, bank kecil ini mau tidak mau menawarkan kredit dengan harga yang relatif lebih mahal sehingga kurang mampu bersaing di pasar. 

Optimisme awal tahun pada membaiknya pertumbuhan ekonomi tanah air menurut Eko membuat perbankan memasang target yang relatif tinggi. Namun, hingga saat ini kondisi perekonomian masih belum terlalu menggeliat. 

"Keyakinan pada ekonomi tinggi sekali sehingga akhirnya RBB itu memasang target tinggi baik bank kecil maupun bank besar. Kondisi ekonomi masih belum terlalu baik, mereka kan terpaksa menjual kredit lebih rendah atau tetap dengan bunga tinggi tetapi sedikit yang ambil kredit," ujar Eko. 

Menurut Eko, kondisi pada semester II/2016 ini masih belum banyak perubahan meskipun banyak pelonggaran yang dilakukan oleh pemerintah. 

"Memang ada pelonggaran, tetapi suku bunga diturunkan yang banyak menikmati ya bank-bank besar karena mereka sudah efisien sehingga lebih kompetitif," ujar Eko. 

Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. Edy Kuntardjo mengatakan pada triwulan I/2016 dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi sudah menyentuh sektor riil sehingga perseroan memprediksi tahun ini lebih berat dibanding 2015.

"BUKU 1 tidak bisa bersaing dengan buku lain karena pertumbuhan kredit secara nasional menurun, disamping itu ada kekhawatiran meningkatnya NPL," ujar Edy. 

Menurut Edy, secara industri tren NPL masih cenderung naik karena kondisi ekonomi yang masih belum stabil. Namun, Edy optimistis kredit korporasi besar justru akan banyak memberikan peluang, sedangkan kredit menengah dengan kisaran kredit sebesar Rp500 miliar masih akan mengalami kesulitan yang akan berdampak domino pada sektor UKM. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andhika Anggoro Wening
Terkini