Bisnis.com, SEMARANG - Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 3 Jawa Tengah dan DIY mewaspadai angka kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) yang cenderung meningkat ketimbang tahun lalu.
Kepala OJK Kantor Regional Jateng dan DIY Panca Hadi Suryatno mengatakan tren peningkatan NPL karena pengaruh perlambatan ekonomi.
Kendati demikian, dia mengatakan perkembangan sektor jasa keuangan Jateng mengalami pertumbuhan yang terus menunjukkan peningkatan. Di sektor perbankan, hingga Mei 2016 untuk aset tumbuh 14,9%, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14,53% dan kredit tumbuh 10,71% secara year on year (yoy).
Adapun loan to deposit ratio (LDR) mengalami penurunan menjadi 99,28%. Pertumbuhan positif juga terjadi pada sektor pasar modal dan industri keuangan nonbank (lKNB) di antaranya tercermin dari nilai transaksi jual beli saham yang mencapai Rp2,4 triliun pada Mei 2016 dengan jumlah investor yang tercermin dari jumlah Subrekening Efek (SRE) mencapai 41.337 atau tumbuh 79,4 1% (yoy).
Aset dana pensiun meningkat sebesar 16,44% (yoy) atau mencapai Rp4,7 triliun, sedangkan piutang perusahaan pembiayaan sedikit mengalami penurunan sebesar -l,4l% (yoy) atau mencapai Rp48,5 triliun. "Kendati naik, NPL di Jateng masih bisa ditekan. Kemungkinan akan lebih baik di semester 2," ujarnya, Senin (27/6/2016).
Sampai saat ini, lembaga keuangan mikro (LKM) yang telah dikukuhkan sebanyak 38 LKM dengan total aset mencapai Rp72,2 triliun dan berbadan usaha Koperasi. Jateng, katanya, menduduki peringkat tertinggi secara nasional untuk jumlah LKM yang dikukuhkan.
Adapun, data BI menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Tengah per April 2016 mencapai 10,3%year on year (y-o-y) atau melampui pertumbuhan kredit nasional yang hanya 7% seiring dengan pertumbuhan ekonomi di provinsi ini.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jateng Iskandar Simorangkir mengatakan pertumbuhan kredit perbankan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi daerah setempat. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi di Jateng tidak terkoreksi secara signifikan pada kuartal I/2016 yang mencapai 5,12% atau lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 4,8%.
“Per April 2016, kredit perbankan di Jateng tumbuh 10,32% (y-o-y), sedangkan pertumbuhan kredit nasional antara 6%-7%," kata Iskandar.
Data BI menunjukkan kredit perbankan di Jateng menembus angka Rp237,72 triliun per April 2016. Adapun, permintaan kredit paling tinggi yakni sektor investasi yang mencapai 24%, modal kerja 9,1% dan konsumsi 6,5%.
Dalam kondisi perekonomian nasional melambat, kata Iskandar, kredit investasi di wilayahnya justru mendominasi. Menurutnya, investasi memiliki dampak berganda ataumultiplier effect yang lebih besar terhadap ekonomi.
Pasalnya, investasi itu bisa dimanfaatkan pelaku usaha untuk pendirian pabrik yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Perihal kredit jelang Lebaran tahun ini, pihaknya memprediksi akan terjadi kenaikan kredit untuk sektor modal kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel