Penelitian: Ternyata Invasi Inggris Ke Irak Ilegal

Bisnis.com,10 Jul 2016, 17:49 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Tony Blair./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Perdana Menteri Inggris John Prescott mengatakan invasi Inggris dan Amerika Serikat ke negara itu pada 2003 adalah "ilegal".

Dalam tulisannya di harian Sunday Mirror, Prescott yang menjadi wakil perdana menteri ketika Inggris terlibat dalam Perang Irak 2003, mengaku sisa hidupnya bakal terbebani akibat "keputusan penuh malapetaka" tersebut.

Prescott yang menjadi wakil PM Tony Blair saat invasi itu berlangsung mengatakan bahwa dirinya "dengan kesedihan dan emosi luar biasa" mendukung pernyataan mantan Sekjen PBB Kofi Annan. Saat itu Anan menyatakan bahwa Perang Irak adalah tindakan ilegal.

Dia juga memuji pernyataan pimpinan Partai Buruh yang meminta maaf atas nama partai terkait keterlibatan Inggris dalam Perang Irak. 

Prescott mengatakan bahwa pernyataan Blair yang mendukung Presiden AS George W Bush sebelum invasi pada Maret 2003, merupakan sikap yang "menghancurkan" sebagaimana dikutip BBC.co.uk, Minggu (20/7/2016).

Pernyataan Prescott ini dikeluarkan setelah hasil penyelidikan selama tujuh tahun pada Rabu lalu. Penelitian yang dipimpin oleh Sir John Chilcot, mengungkapkan seluruh pembenaran, perencanaan dan penanganan Perang Irak oleh Tony Blair penuh kesalahan.

Dalam tulisannya, Prescott secara pribadi juga menyatakan "permintaan maaf sepenuhnya" terutama kepada keluarga tentara Inggris yang tewas di Irak.

Menurutnya, Inggris memilih untuk bergabung melakukan invasi sebelum jalan keluar damai untuk melucuti Irak telah ditempuh sepenuhnya.

Dia mengatakan sekarang jelas bahwa kebijakan terhadap Irak didasarkan data intelijen yang cacat dan penilaian yang tidak pernah dipertanyakan.

Chilcot mengatakan Irak bukanlah ancaman utama dan penilaian tentang risiko senjata pemusnah massal Irak yang disampaikan sebagai suatu kepastian, sama sekali tidak berdasar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini