Bank Pundi Bakal Rambah Segmen Konsumer dan Komersial

Bisnis.com,14 Jul 2016, 20:16 WIB
Penulis: Abdul Rahman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pundi Indonesia Tbk. akan mengubah orientasi bisnisnya. Sebelumnya Pundi fokus pada penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah(UMKM). Ke depan, anak usaha PT Recapital Securities ini akan masuk di segmen konsumer dan komersil.


Direktur Keuangan Pundi Maximianus Puguh Djiwanto mengatakan perubahan arah bisnis tersebut merupakan dampak dari berubahnya status bank. Secara bertahap, bank yang saham mayoritasnya ini sebelumnya dikuasai PT Recapital Securities ini akan diakuisisi oleh badan usaha milik pemerintah provinsi Banten, PT Banten Global Development (BDG).


"Nantinya sesudah jadi Bank Banten akan masuk ke segmen konsumer dan komersil juga selain UMKM yang sudah berjalan," ujarnya kepada Bisnis.com di Jakarta, Kamis (14/7/2016).


Pria yang akrab disapa Max ini menambahkan salah satu sektor yang paling potensial untuk digarap adalah infrastruktur. Pasalnya seperti BPD lain, sektor ini yang paling banyak menyerap pembiayaan seiring dengan kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur.


Terkait rencana tersebut, pihaknya saat ini fokus melakukan efisiensi besar-besaran. Pasalnya sejak tahun lalu kinerja Pundi terus merosot. Hal tersebut tergambar dari rugi bersih yang tercatat sebesar Rp80 miliar pada kuartal I/2016 dari sebelumnya Rp331 miliar secara year on year (y-o-y).


Aset Pundi terus merosot dari Rp5,9 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp4,59 triliun per Maret 2016. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) juga terus menanjak dari 4,91% menjadi 4,98% (y-o-y). Kenaikan NPL dibarengi dengan kenaikan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 159% dari sebelumnya 134% (y-o-y).


Penyebab tingginya BOPO adalah turunnya pendapatan bunga sehingga tak mampu mengimbangi beban bunga bank. Secara year to date (y-t-d), pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Pundi merosot dari Rp1 triliun pada Desember 2015 menjadi hanya Rp150 miliar per Maret 2016. Hal tersebut merupakan dampak dari outstanding kredit yang terus menurun sejak tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini