Aksi Stock Split Kian Marak

Bisnis.com,25 Jul 2016, 14:10 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Secara teori, bila harga nominal saham besar maka pembeli saham adalah segmen terbatas. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 13 emiten melakukan pemecahan saham (stock split) untuk meningkatkan likuiditas dan transaksi saham serta mengundang investor ritel sepanjang tahun ini.

Analis PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai paruh tahun ini hingga tahun depan merupakan momentum yang tepat bila emiten hendak melakukan stock split (pemecahan saham).

Dia mengatakan membukukan saham per lembar dengan harga tinggi menjadi pretasi bagi perusahaan terbuka, akan tetapi ada hal lain yang perlu diperhatikan yakni likuiditas.

"Bukan hanya soal harga, tetapi likuiditass juga penting. Ada saham besar yang nilai tinggi tetapi likuiditas enggak ada," ungkapnya, Senin (25/7/2016).

Secara teori, bila harga nominal saham besar maka pembeli saham adalah segmen terbatas. Menurutnya, saham-saham yang memiliki nilai mendekati Rp50.000 lembar saham sudah pantas melakukan stock split.

Alfred menyebutkan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang sudah mencapai Rp44.025 per lembar saham dan saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) senilai Rp77.500 per lembar saham dinilai sudah layak untuk melakukan pemecahan saham.

Dia menambahkan emiten lebih baik tidak memiliki nominal saham dalam jumlah besar, contohnya PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mencatatkan nilai saham hingga Rp100.000 per lembar saham. Namun, pada pertengahan 2016, perusahaan berkode saham HMSP melakukan stock split dengan perbandingan 1:25.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini