Berkat Right Issue, Bank Permata Bukukan CAR Tertinggi

Bisnis.com,01 Agt 2016, 13:06 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Seorang karyawati Bank Permata menghitung uang/Antara-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata, Tbk. mengakhiri semester pertama tahun ini dengan rasio kecukupan modal alias CAR sebesar 18,6% disertai dengan rasio modal inti utama sebesr 14,7%.

Direktur Utama Permata Bank Roy Arfandy mengatakan, persentase tersebut adalah yang tertinggi sepanjang sejarah Bank Permata. Pencapaian CAR dan common equity tier 1 (CET-1) ini terdorong aksi korporasi right issue.

PT Bank Permata, Tbk. mengklaim berhasil membukukan rasio permodalan tertinggi sepanjang sejarah perseroan berkat hak memesan efek terlebih dahulu alias right issue. Tindakan ini berakhir pada 30 Juni 2016 (konsolidasi dan sebelum audit).

“Kami berhasil menyelesaikan proses right issue senilai Rp5,5 triliun pada Juni tahun ini,” ucap Roy.

Ini merupakan right issue terbesar secara historis Bank Permata. Jumlah peminat porsi saham untuk publik melebihi kuota yang disediakan (oversubscribed).

PT Astra International, Tbk. dan Standard Chartered bank selalu pemegang saham utama mengambil semua porsi saham mereka. Keduanya mengambil porsi saham mereka tanpa perlu menjalankan komitmen yang disepakati sebelumnya untuk memberikan dukungan selaku pembeli cadangan.

Roy mengklaim keberhasilan right issue yang dilakukan perusahaan menunjukkan kuatnya sokongan dari Astra dan Standard Chartered. Dengan begini Permata bisa memiliki pondasi pertumbuhan yang kuat karena mendapat dukungan yang memadai dalam upaya memperkuat cadangan modal.

Right issue yang dilakukan Permata diklaim sebagai cara perseroan untuk bertahan ditengah tekanan ekonomi makro yang tak kunjung usai. Kebijakan ini tidak hanya bisa memperkuat modal tetapi juga meningkatkan kuaitas aset, menumbuhkan aset secara selektif, dan mengendalikan biaya-biaya.

“Dengan right issue kami berhasil mempertahankan marjin, melakukan kontrol atas biaya operasional dan menjaga likuiditas tetap sehat,” tutur Roy.

Berdasarkan data resmi Bank Permata dilansir aset likuid Bank Permata meningkat 32% secara year-on-year. Per akhir Juni, perseroan berhasil menjaga loan to deposit ratio (LDR) di level 86%.

Bank Permata juga memperbaiki struktur pendanaan sehingga bisa membukukan rasio CASA yang lebih kuat menjadi 42%, periode yang sama tahun lalu hanya 35%. Pencapaian ini terdorong kesuksesan perseroan menumbuhkan giro dan tabungan berturut-turut sebesar 22% dan 8% (yoy).

Permata mencatatkan kenaikan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) sebesar 7% (yoy). Hal ini terpacu peningkatan pendapatan dari kinerja kegiatan wealth management dan treasury. Adapun penurunan buku pinjaman yang tercatat sebesar 8% bagian dari upaya perusahaan meningkatkan kualitas aset.

Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain mengutarakan, sejauh ini tekanan ekonomi makro terus memengaruhi kualitas aset perusahaan dalam jangka pendek. Rasio non-performing loan (NPL) gross dan net masing-masing naik jadi 4,6% dan 2,7%.

“Pendorongnya adalah penurunan kualitas kredit di rekening pinjaman komersial berbagai sektor industri. Menanggapi resiko ini kami membukukan beban pencadangan kredit yang lebih tinggi,” tuturnya.

Bank Pertama mencetak kenaikan beban pencadangan sebesar 248% dari semester pertama tahun 2015. Sandeep pun menyatakan sementara laba setelah pajak dibukukan juga tampil sebagai kerugian senilai Rp836 miliar.

Soal prospek di sisa separuh kedua 2016, Permata mengakui berbagai tantangan belum usai. Tapi, dengan langkah-langkah yang sejauh ini dipilih, perseroan optimistis bisa melewati tahun ini dengan baik. Apalagi bank ini juga didukung jaringan kantor cabang yang luas, basis nasabah yang kuat, serta keuatan finansial inti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini