Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mengalokasikan dana senilai Rp3 triliun hingga Rp4 triliun untuk mengembangkan bisnis anak usahanya pada tahun ini.
Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI Rico Rizal Budidarmo mengatakan pihaknya sebagai induk usaha terus berupaya meningkatkan bisnis anak-anak usahanya.
Dari dana tersebut, BNI telah menyuntikkan dana segar kepada anak usaha di bidang multifinance senilai Rp203 miliar pada Juni 2016.
“Kami kan ingin meningkatkan bisnis segmen menengah dan kecil, itu potensi untuk ke sana, perusahaan multifinance bisa menampung,” katanya dalam acara Investor Day di Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Selain ke perusahaan multifinance, BNI juga akan terus berinvestasi ke anak usaha yang bergerak di bidang sekuritas dan manajer aset, yakni PT BNI Securities dan PT BNI Asset Management.
Rico menyebutkan untuk kedua anak usaha ini, perseroan belum menetapkan berapa nilai modal yang akan diberikan.
Yang jelas, kedua anak usaha ini perlu diperkuat untuk menangkap potensi bisnis yang ada saat ini, seperti program pengampunan pajak pemerintah dan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) badan usaha milik negara maupun perusahaan swasta.
“Kalau ada IPO, sekuritas kami bisa menjadi underwriter. Tapi, sekuritas kami permasalahannya di sumber daya manusia. Kami mesti tambahin modal dan peningkatan SDM suoaya bisa garap bisnis BUMN maupun non BUMN,” jelasnya.
Untuk anak usaha di perbankan syariah, PT BNI Syariah, Rico mengatakan pihaknya tetap ada arah untuk menambah modal.
Namun, diharapkan pula adanya investor strategis ataupun IPO, yang hingga saat ini belum diputuskan langkah mana yang akan diambil untuk memperkuat permodalan BNI Syariah.
Terkait dengan penambahan anak usaha baru, Rico mengungkapkan ada beberapa opsi untuk menambah anak usaha.
Tetapi, dia menyatakan belum dapat memberitahukan opsi-opsi tersebut. Adapun, emiten dengan kode saham BBNI ini sempat disebutkan berminat mengakuisisi bank kecil untuk memperkuat bisnisnya.
“Aksi anorganik itu harus hati-hati. Kami ingin kerjasama dengan bank pembangunan daerah saja harus mencari yang sehati karena tidak mudah mengajak BPD ikut ke kredit komersial, kebanyakan BPD kreditnya ke segmen konsumer,” kata Rico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel