Bisnis.com, JAKARTA—Pengamat ekonomi syariah menilai peningkatan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) bank umum syariah per Juni 2016 sebesar 59 basis posin (year on year) secara umum merupakan imbas perlambatan ekonomi di Tanah Air.
Statistik Perbankan Syariah (SPS) menyatakan non-performing financing (NPF) gross bank umum syariah (BUS) sampai dengan penghujung semester pertama sebesar 5,68%, sedangkan pada separuh pertama tahun lalu 5,09%.
Pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim mengatakan dewasa ini kinerja perbankan syariah merefleksikan secara langsung kinerja sektor riil. Tatkala perekonomian lesu lantas berimbas kepada kinerja bisnis di bidang ini. Akhirnya, memengaruhi kelancaran pembiayaan.
“Kalau ekonomi lesu maka pembiayaan melambat dan NPF biasanya akan naik. Itu adalah konsekuensi logis,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (26/8/2016).
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah, sejak awal tahun NPF gross untuk BUS berkutat di atas 5%. Realisasi pada Mei tahun ini bahkan mencapai rekor sebesar 6,17% atau angka tertinggi sepanjang semester pertama.
Dengan demikian, apabila disoroti lebih menyempit untuk periode Mei menuju Juni, NPF BUS mengalami penurunan. Kondisi ini bisa mengindikasikan adanya perbaikan kualitas pembiayaan yang juga menunjukkan perbaikan kondisi nasabah.
“Ini [peningkatan NPF BUS year on year] adalah konsekuensi logis kondisi yang ada sekarang. Pertanyaannya tinggal berapa lama lagi perekonomian seperti ini dan seberapa kuat perbankan syariah bertahan dalam situasi ini,” ucap Adiwarman.
Salah satu bank syariah yang mengalami kenaikan NPF per Juni 2016 secara year on year adalah Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah). Laporan keuangan perseroan menyatakan NPF gross naik 38 bps menjadi 2,80% dari 2,42%.
Dhias Widhiyati selaku SEVP Bisnis BNI Syariah mengatakan pembiayaan consumer sebagai segmen yang paling berpengaruh terhadap perkembangan NPF perseroan. Terdapat kenaikan NPF sekitar 2 basis poin untuk segmen pembiayaan ini menjadi 2,1%.
“Peningkatan rasio pembiayaan bermasalah terdorong terjadinya kenaikan NPF di segmen small medium dan consumer,” tutur Dhias kepada Bisnis.
Kenaikan NPF gross BUS per Juni secara year on year disertai dengan meningkatnya besaran pembiayaan. Total financing berakad bagi hasil per Juni tahun ini tumbuh 9,96% menjadi Rp58,31 triliun, piutang naik 2,34% ke level Rp98,82 triliun, sedangkan pembiayaan sewa tetap berkisar Rp1,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel