Daewoo Securities Paparkan 5 Risiko Kinerja Emiten Sawit

Bisnis.com,30 Agt 2016, 20:04 WIB
Penulis: Ana Noviani
Kelapa sawit/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten sektor perkebunan sawit diproyeksi masih dinaungi oleh awan mendung seiring prospek harga minyak sawit mentah yang belum bergairah.

Analis Daewoo Securities Indonesia Andy Wibowo Gunawan menuturkan lima risiko utama yang membayangi prospek emiten sektor perkebunan sawit, yakni ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan CPO global, volatilitas harga minyak mentah dunia, risiko regulasi tak terduga, perubahan cuaca yang tak terduga, dan situasi infrastruktur yang lemah.

Harga komoditas minyak mentah (crude oil) diproyeksi masih berada pada level rendah secara berkepanjangan, sehingga berimbas pada kurang menariknya harga CPO. Daewoo Securities Indonesia memperkirakan harga CPO global mencapai US$636/ton pada 2016 dan US$674/ton pada 2017 dengan asumsi harga minyak mentah brent berada pada level US$45/barel pada 2016 dan US$47/barel pada 2017.

"Kami memperkirakan bahwa produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai masing-masing 34,3 juta ton pada 2016 dan 35,7 juta ton pada 2017 dengan asumsi rerata pertumbuhan produksi sawit Indonesia sebesar 6,8% dalam periode 2011-2015," tulisnya dalam riset yang diterima Bisnis, Selasa (30/8/2016).

Selain itu, faktor utama yang membayangi prospek kinerja sektor ini adalah risiko La Nina yang akan berdampak negatif terhadap produksi minyak sawit.

Di sisi konsumsi, Indonesia dan India diproyeksi menjadi kunci pertumbuhan konsumsi CPO global. Pasalnya, pertumbuhan konsumsi CPO di China diproyeksi melambat seiring pergeseran konsumsi ke minyak kedelai.

Pada 2016 dan 2017, konsumsi CPO global ditaksir mencapai masing-masing 63,3 juta ton dan 66,5 juta ton. Adapun konsumsi domestik diperkirakan mencapai 9,3 juta ton pada 2016 dan 10 juta ton pada 2017.

Daewoo Securities Indonesia merekomendasikan saham PT London Sumatera Indonesia Tbk. dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. untuk dikoleksi oleh investor. LSIP, lanjut Andi, memiliki neraca keuangan yang sehat, sedangkan SSMS dinilai memiliki hasil CPO yang tinggi.

"SGRO punya beban bunga yang tinggi, AALI profil kebun sawitnya berusia tua. Keduanya kami rekomendasikan hold," kata Andi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini