INDUSTRI SAWIT: Pasok Devisa Terus Turun, Perlindungan Perlu Digenjot

Bisnis.com,06 Sep 2016, 21:25 WIB
Penulis: Martin Sihombing
Seorang pekerja memuat bongkahan kelapa sawit ke atas mobil truk di pinggir jalan raya Palembang-Prabumulih, Sumsel/Antara

Bisnis.com, MEDAN -  Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki berharap pemerintah semakin melindungi persawitan nasional menyusul terus berlanjutnya penurunan nilai devisa dari komoditas itu.

"Di Sumut misalnya, devisa dari golongan lemak dan minyak hewan/nabati yang di dalamnya ada CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah) hingga Juli 2016 sudah turun 7,86 persen dari periode sama tahun 2015," ujar Ketua Gapki Sumut, Setia Dharma Sebayang di Medan, Selasa (6/9/2016).

Sepanjang Januari-Juli 2016, devisa dari golongan barang itu tinggal US$1,720 miliar  dari periode yang sama pada 2015 yang masih bisa US$1,866 miliar.

Penurunan devisa terjadi akibat turunnya volume dan harga ekspor yang dipengaruhi berbagai hal termasuk krisis global.

Penurunan itu sangat disayangkan mengingat, sejak awal, komoditas itu selalu menjadi penyumbang tebesar devisa Sumut, "Pemerintah harus semakin memberi perlindungan kepada persawitan nasional karena sebelumnya pemerintah juga sudah menjadikan komodits itu sebagai industri strategis," katanya.

Perlindungan mulai dari bantuan kepada petani sawit khususnya dalam peremajaan tanaman tua, menekan angka pencurian TBS maupun CPO hingga membantu terus menekan kampanye negatif sawit," katanya.

Menurut Tungkot Sipayung, kampanye negatif sawit sudah berlangsung lama atau sejak sekitar tahun 1980-an.

"kampaney engatif itu merupakan bentuk kekhawatiran produsen minyak kedelai dan lainnya terhadap kekuatan sawit," katanya.

Kalau awalnya, kampanye hanya berkisar isu gizi, dewasa ini sudah menyangkut seluruh aspek mulai sosial, ekonomi, dan lingkungan. Itu yang harus dperangi dan peran pemerintah sangat besar," kata peneliti sawit itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini