Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan melihat ada kebutuhhan untuk pelonggaran moneter dari seig Giro Wajib Minimum. Tingkat pelonggaran pun diharapkan bisa sebesar 50 basis poin sampai 150 basis poin.
Haru Koemahargyo, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., mengatakan pihaknya mengusulkan untuk pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) bisa menjadi 5% dibandingkan dengan posisi saat ini yang berada pada level 6,5%.
“Untuk kebutuhan likuiditas, bagi kami itu ada karena kalau melihat pertumbuhan kredit industri sekitar 7% dan pertumbuhan kredit kami sampai Agustus 17%,” ujarnya pada Senin (19/9) setelah Seminar Pendalaman Keuangan Indonesia.
Haru menyebutkan perseroan memiliki kebutuhan pendanaan jangka panjang, sedangkan rata-rata pendanaan pihak ketiga seperti deposito itu jangka pendek.
“Untuk itu, kami menerbitkan surat berharga sebagai salah satu strategi memperkuat struktur likuiditas,” ujarnya.
Pandji Irawan, Direktur Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk., pun menyebutkan pelonggaran GWM sebesar 50 basis poin sampai 100 basis poin tampaknya akan positif untuk industri perbankan.
“Sebenarnya, pelonggaran dari segi suku bunga kebijakan maupun GWM juga bisa lebih baik, tetapi memang kalau GWM dampaknya bisa lebih merata kepada seluruh perbankan,” sebutnya.
Pandji pun memaparkan kondisi likuiditas saat ini cukup banyak permintaan, terutama dari perusahaan asuransi dan dana pensiun yang harus memenuhi ketentuan kepemilikan surat berharga pemerintah.
“Dengan begitu, awalnya mereka [asuransi dan dana pensiun] kan meletakkan dananya pada sektor perbankan, tetapi dialihkan kepada surat berharga tersebut,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel