Cara Agar Matematika Tidak Menakutkan Bagi Anak

Bisnis.com,08 Okt 2016, 09:57 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Matematika sering dikesankan sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sulit./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Mata pelajaran Matematika masih menjadi momok bagi peserta didik di Indonesia. Matematika dikesankan sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sulit. Maka tidak heran, jika kecintaan terhadap matematika masih terbilang rendah.
 
Berdasarkan peringkat OECD PISA (Programme for International Student Assesment) 2012, menunjukkan Indonesia berada di peringkat bawah dan kalah dari Vietnam yang berada di peringkat 17, dimana negara ini telah memperbolehkan siswanya untuk menggunakan kalkulator dalam proses pembelajaran.
 
“Indonesia kerap berada di tiga hingga lima peringkat dari bawah dari 64 negara,” tutur Profesor Matematika Universitas Gadjah Mada Widodo dalam kegiatan Casio For Education di Jakarta.
 
Widodo menuturkan survey yang dilakukan Indonesian Mathematical Society (Himpunan Matematika Indonesia) pada 2010 menunjukkan tiga faktor yang menyebabkan matematika masih menjadi momok bagi siswa yakni buku, guru, murid.
 
Menurutnya, tidak banyak buku matematika yang menghadirkan persoalan dalam keseharian untuk dipecahkan melalui matematika. Padahal, matematika tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa masih melihat matematika sebagai mata pelajaran yang abstrak.
 
Kemampuan guru untuk menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari turut membangun minat siswa pada matematika. Guru juga perlu memberikan motivasi kepada siswa ketika mata pelajaran berlangsung. Hal ini penting karena banyak terjadi ketika siswa tidak bisa satu mata pelajaran, maka dicap bodoh. Padahal, siswa harus diberi kesempatan untuk berhasil, sehingga mereka termotivasi.
 
Selain itu, orang tua juga turut berperan serta membangun suasana agar anak menyukai matematika. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah mulai mengenalkan matematika melalui permainan. Misalnya, permainan dakon secara tidak langsung mengenalkan anak pada konsep pembagian.
 
Menurut Widodo, matematika tidak lagi menjadi satu subjek pelajaran. Namun, matematika telah menjadi kesatuan dengan aspek keseharian. Melaui proses pelajaran matematika, siswa dirangsang untuk berpikir kritis, bereksplorasi, dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini