Sinergi Penanggulangan Bencana di Asean Dinilai Mendesak

Bisnis.com,12 Okt 2016, 04:34 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei (kanan)/Antara

Kabar24.com, MANADO - Penguatan ketangguhan negara-negara Asean dengan kerja sama, kolaborasi dan solidaritas mendesak dihadirkan untuk menggadapi isu penanggulangan bencana. Masyarakat Asean yang berjumlah lebih dari 650 juta, hidup di kawasan yang rawan bencana.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan bencana alam telah berdampak pada kerugian di kawasan hingga US$4,4 miliar setiap tahunnya.

“Menyikapi kerugian di kawasan Asean, kami mengapresiasi hadirnya deklarasi bersama One Asean One Response yang dicanangkan pada 6 September 2016. Saat ini, negara Asean menghadapi risiko bencana yang sangat tinggi,” tuturnya dalam pembukaan 29 Th ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM), Selasa (11/10/2016).

Dalam pertemuan ACDM ke-29 ini, diharapkan dapat membahas berbagai isu terkait penanggulangan bencana sesuai dengan koridor yang terangkum dalam prioritas program kerja AADMER (Asean Agreement on Disaster Management and Emergency Response) 2016 – 2020.

Menurutnya, belajar dari rentetan kejadian bencana besar di Asean, bencana telah memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Hal tersebut mendorong negara-Asean untuk membangun ketangguhan bersama menghadapi bencana.

Sebut saja, bencana besar tadi telah memberikan dampak signifikan baik kerusakan dan korban jiwa terhadap negara-negara Asean a.l Tsunami Aceh (2004), Siklon Nargis (2008), Gempabumi Padang (2009), Tsunami Mentawai (2010), Erupsi Merapi (2010), Banjir Bankok (2011), Gempabumi Bohol (2013), Siklon Haiyan (2014).

Berdasarkan data Bank Dunia 2011, sejak tahun 2000 lebih dari 100 juta jiwa terkena dampak bencana alam. “Hampir semua jenis bencana berpotensi terjadi di kawasan ini, seperti gempabumi, erupsi gunungapi, tsunami, banjir, siklon, longsor, dan kekeringan,” tambahnya.

Kawasan Asean berpotensi menderita kerugian akibat bencana sebesar US$4,6 milyar atau sekitar 0,2% dari pendapatan domestik bruto (PDB) kawasan setiap tahunnya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Jhon Palandung mengharapkan perencanaan penanggunalan bencana juga memberi dampak positif untuk daerah, termasuk Sulawesi Utara yang dikelilingi gunung berapi yang seluruhnya aktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini