PBB: Pengentasan Kemiskinan Kunci Pengendalian Dampak Bencana Alam

Bisnis.com,13 Okt 2016, 18:27 WIB
Penulis: Martin Sihombing
Ilustrasi Kemiskinan/bisnis.com

Bisnis.com, BARCELONA -  Pengentasan kemiskinan adalah kunci pengendalian dampak bencana alam yang dapat menyelamatkan banyak nyawa, kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon pada Kamis (13/10/2016).

Analisis baru PBB menunjukkan bahwa negara-negara miskin lebih banyak menanggung kematian akibat gempa bumi, tsunami, banjir, badai, dan gelombang panas.

Negara-negara berpendapatan menengah ke bawah harus menanggung 90 persen dari 1,35 juta jiwa yang meninggal akibat ribuan bencana dalam dua dasawarsa terakhir.

Ban menyebutnya sebagai "dampak nyata ketimpangan sosial." "Negara-negara kaya menderita kerugian ekonomi besar akibat bencana, namun orang-orang di negara miskin harus membayarnya dengan nyawa," kata dia dalam pesan tahunan untuk Hari Internasional Pengurangan Dampak Bencana.

Gempa bumi dan tsunami adalah pembunuh terbesar dalam 20 tahun terakhir, kemudian diikuti oleh bencana terkait perubahan iklim, demikian analisis dari Kantor Pengurangan Dampak Bencana PBB (UNISDR).

Ratusan juta orang kini harus menanggung resiko naiknya permukaan air laut, gempa bumi, dan cuaca ekstrim, kata Ban.

"Mereka tinggal di kawasan pinggiran, di bawah bebukitan yang bisa longsor kapan saja, dan di daerah pantai yang rawan terkena badai. Ini sebabnya pengentasan kemiskinan adalah kunci mitigasi bencana," kata dia.

Pada September lalu, para pemimpin dunia sepakat untuk menghapus kemiskinan pada 2030 sebagai bagian dari serangkaian target pembangunan baru. Sementara itu Bank Dunia pada awal bulan ini memperkirakan jumlah kemiskinan ekstrim turun lebih dari 100 juta menjadi 767 juta pada 2013.

Secara keseluruhan, rata-rata kematian di setiap bencana alam di negara miskin lebih tinggi lima kali lipat dibanding negara kaya--yang mempunyai sistem peringatan dini lebih efektif dan persiapan yang lebih baik, kata lembaga Centre for Research on the Epidemiology of Disasters.

UNISDR memuji kebijakan sejumlah negara yang berhasil melindungi warganya dari bencana.

Mereka secara khusus menyebut Fiji yang berhasil membatasi angka kematian menjadi 44 dari bencana Topan Winston yang terjadi pada tahun ini dengan sistem peringatan dini.

Di India dan Nepal, lembaga sipil SEEDS membangun perumahan tahan gempa dan badai bagi masyarakat miskin. Sementara di Nigeria, kementerian kesehatan berhasil menghentikan penyebaran Ebola saat virus tersebut menjadi wabah mematikan di kawasan Afrika Barat.

Kepala UNISDR, Robert Glasser, menyebut perubahan iklim sebagai faktor resiko bencana terbesar di dunia pada masa depan.

Laporan dari lembaga itu menyebut jumlah bencana akibat perubahan iklim telah meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir dengan korban paling banyak dari negara-negara miskin.

Glasser membandingkan Topan Nargis yang melanda Myanmar pada 2008 dan menewaskan 138.000 orang, sementara Topan Yasi yang berkekuatan sama di Australia pada 2010 sama sekali tidak memakan korban.

"Ironisnya, negara-negara yang berkontribusi kecil terhadap perubahan iklim merupakan mereka yang paling menderita," kata Glasser.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini