Di Balik Kemilau Saham ANTM

Bisnis.com,13 Okt 2016, 09:14 WIB
Penulis: Yodie Hardiyan
Emas antam./.

Sejak hari terakhir perdagangan Bursa Efek Indonesia sepanjang 2015, harga saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. telah meningkat sebesar 167% menjadi Rp840 per saham pada Rabu (12/10).

Dalam 52 pekan terakhir, harga saham emiten dengan kode ANTM ini pernah mencapai titik tertinggi Rp865 dan titik terendah Rp285 per saham.

Setelah mencapai harga tertinggi Rp878 pada Januari 2015, harga saham Antam belum mencapai level Rp800 sampai pertengahan 2016.

Sejak awal tahun ini hingga kuartal III/2016, harga saham ANTM relatif terus mengalami peningkatan. Apakah peningkatan harga saham tersebut dipicu oleh meningkatnya kepercayaan investor terhadap kinerja Antam?

Sejumlah analis perusahaan sekuritas menyatakan optimismenya terhadap kinerja perusahaan tambang emas dan nikel milik negara ini, terutama setelah adanya rencana kebijakan pemerintah terkait ekspor mineral.

Sharlita Malik, analis PT Samuel Sekuritas, menyatakan pihaknya mulai optimistis kinerja ANTM akan membaik seiring kebijakan pemerintah yang akan membuka kembali relaksasi ekspor bijih nikel mulai 2017.

“Kami melihat ANTM akan mulai mengalami perbaikan kinerja pada 2017, hal ini ditopang dengan penguatan harga komoditas nikel dan kenaikan kapasitas produksi dari smelter Pomala,” tulisnya dalam riset yang dirilis pada September 2016. 

Menurutnya, Antam merupakan salah satu perusahaan yang terkena dampak negatif pelarangan ekspor bijih nikel. Kebijakan itu membuat Antam mengalami kerugian selama beberapa tahun terakhir.

Samuel Sekuritas memandang apabila Antam diberi izin ekspor untuk bijih Nikel, maka akan membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan pada masa mendatang. Kebijakan itu akan membuat kelebihan pasokan bijih nikel di dalam negeri tidak terjadi.

“Earnings akan mulai membaik pada 2017. Kami perkirakan pada 2016, Antam masih akan mencatat kerugian bersih dan kinerja positif ANTM kami perkirakan baru akan terjadi pada 2017,” mengutip riset Samuel Sekuritas.

Dalam kurun 10 tahun terakhir, Antam selalu membukukan keuntungan, kecuali pada 2014 dan 2015, yakni ketika perusahaan merasakan dampak dari kebijakan pelarangan ekspor mineral yang dimulai pada 12 Januari 2014.

KINERJA OPERASIONAL

Sharlita juga menyatakan kinerja positif perusahaan akan ditopang oleh perbaikan kinerja operasional. Hal ini didukung oleh kontribusi pabrik Bauksit Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang lebih besar, harga nikel yang menguat, serta peningkatan volume produksi feronikel.

Sepanjang 2017, tulis Sharlita, Antam diperkirakan dapat membukukan keuntungan bersih sebesar Rp248 miliar.

Pada 2018, kinerja perusahaan ini juga diyakini kembali mengalami peningkatan berkat lonjakan harga Nikel serta beroperasinya pabrik feronikel Halmahera. Manajemen Antam menyambut positif rencana relaksasi ekspor mineral secara terbatas yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut.

Direktur Utama Tedy Badrujaman mengatakan Antam berkomitmen mendukung kebijakan hilirisasi mineral.

Menurutnya, Antam memiliki produksi bijih hasil tambang yang belum ekonomis untuk memasok pabrik milik perseroan sendiri atau pabrik dalam negeri lainnya.

“Padahal ini sangat bernilai di luar negeri sehingga bisa ada tambahan pemasukan bagi negara dan pendanaan bagi proyek pertumbuhan apabila dapat diekspor, dibandingkan hanya sebagai waste tanpa nilai ekonomis,” paparnya dalam keterangan tertulis.

Menurutnya, bijih mineral memiliki beberapa karakteristik yang tidak seluruhnya dapat diolah di dalam negeri karena keragaman teknologi pengolahan masingmasing karakteristik mineral bijih dan tingkat keekonomian yang ditentukan oleh besaran investasi dan biaya produksi.

“Adapun pemanfaatan bijih mineral yang belum diolah tersebut dapat dilakukan melalui ekspor bijih mineral mengingat keterbatasan kapasitas pabrik pemrosesan di dalam negeri,” papar Tedy.

Dengan demikian, sambung Tedy, apabila Antam diberi kepercayaan untuk melakukan ekspor kembali, maka perseroan akan mengalokasikan bijih nikel kadar tinggi untuk seluruh smelter dalam negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pada saat ini.

“Sedangkan, untuk bijih nikel yang tidak dapat dikonsumsi di dalam negeri akan diekspor. Bijih sisa ini mempunyai kadar yang lebih bagus dari bijih nikel dari Filipina sehingga bila bijih nikel dari Indonesia masuk ke pasar ekspor maka akan menggantikan bijih nikel dari Filipina,” paparnya.

Pada saat ini, jumlah cadangan dan sumber daya nikel Antam tercatat mencapai 988,30 juta Wat, yang terdiri dari 580,20 juta wmt bijih nikel kadar tinggi dan 408,10 juta wmt bijih nikel kadar rendah.

Manajemen Antam mengklaim mampu memasok kebutuhan smelter dalam negeri. Sejauh ini, untuk memanfaatkan cadangan dan sumber daya nikel yang dimiliki, selain melakukan penjualan bijih domestik,

Antam tengah melaksanakan pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara yang direncanakan
selesai pada 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini