BI Waspadai Pengaruh Cuaca terhadap Inflasi Banten

Bisnis.com,18 Okt 2016, 13:28 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Ilustrasi/hargababel.com

Kabar24.com, TANGERANG - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Banten yakin musim hujan yang berkepanjangan di kawasan ini berpeluang menggenjot inflasi pada Oktober 2016.

Anomali cuaca yang sering disebut La Nina mengakibatkan kerusakan pada tanaman hortikultura, sehingga mengurangi suplai pasokan sejumlah komoditas pangan di Banten.

"Beberapa komoditas holtikultura misalnya cabai, tomat, dan kentang mengalami kenaikan harga di pasaran. Tetapi, kami belum bisa menghitung sejauh mana kenaikan harga ini berkontribusi dalam inflasi bulan ini [Oktober]," kata Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan BI Provinsi Banten Jenidar Oseva, Selasa (18/10/2016).

Sebelumnya, pada September 2016, tingkat inflasi di Provinsi Banten tercatat mengalami inflasi 0,34% (month-to-month/mtm) akibat kenaikan harga sejumlah produk holtikultura pada September 2016.

Meski, inflasi mengalami kenaikan, inflasi tahun kalender 2016 justru turun menjadi 1,7% pada September 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,97%.

Jika dirinci, inflasi di tiga wilayah yang menjadi perwakilan penghitungan inflasi di Banten yakni Kota Serang dan Tangerang menempati urutan pertama dan kedua sebagai daerah yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia masing-masing 0,51% dan 0,49%.

Sebaliknya, Cilegon merupakan salah satu dari kota di Indonesia yang mencatatkan deflasi terendah di Indonesia yaitu -0,12%, dua kota lainnya adalah Yogyakarta -0,16%, dan Probolinggo -0,14%.

Pada saat yang sama, Pemerintah Provinsi Banten terus berupaya untuk menekan kenaikan harga daging sapi dengan meningkatkan produktifitas para peternak di Banten.

Pasalnya, daging sapi merupakan salah satu komponen yang berkobtribusi dalam memicu inflasi di kawasan ini.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Ranta Soeharta, salah satu target utama pembangunan pertanian nasional pada 2015-2016 adalah peningkatan produksi daging.

Hal ini tentunya memerlukan langkah - langkah operasional yang tepat antara lain inovasi teknologi, manajemen, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional.

"Potensi produksi kerbau dan sapi di Banten berada pada peringkat lima besar di Indonesia. Jadi, tinggal bagaimana pemerintah dan peternak menggenjot peternakan di Banten," ucapnya.

Banten sendiri sudah memiliki Taman Agro Tekno Park seluas 20 hektar sehingga keberadaan taman tersebut harus dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan di Banten.

Berdasarkan data yang yang ada, target produksi daging (sapi dan kerbau) Provinsi Banten mencapai 34,79 juta kg pada tahun ini. Untuk mencapai target itu, Ranta menekankan perlunya melakukan identifikasi masalah terkait produktifitas ternak, pengawasan penyakit hewan serta penerapan teknologi pertanian yang efektif.

Dalam waktu dekat, Pemprov Banten juga berencana untuk membangun pelabuhan khusus ternak dengan Australia untuk mengamankan stok daging di dalam negeri, sekaligus berpeluang untuk diekspor.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Banten pada 2015 mencatat jumlah produksi daging sapi mencapai 38.326 ton dengan jumlah konsumsi sebanyak 27.019 ton. Itu artinya, Banten masih memiliki surplus ketersediaan daging sapi hingga 11.307 ton pada periode yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini