Kapasitas Produksi Perusahaan di Indonesia Masih 76, Ini Komentar Deputi Gubernur BI

Bisnis.com,24 Okt 2016, 04:02 WIB
Penulis: Kurniawan A. Wicaksono
Kantor Bank Indonesia di Jakarta/Reuters-Iqro Rinaldi

Bisnis.com, JAKARTA –Kapasitas produksi perusahaan di Indonesia yang masih sekitar 76 menyebabkan inflasi yang rendah tahun ini tidak sepenuhnya positif bagi Indonesia.

Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi yang tetap terkendali, bahkan lebih rendah dari perkiraan, dikarenakan permintaan (demand) masyarakat domestik yang masih rendah walaupun sudah ada sinyal perbaikan. 

Hal ini dikarenakan perbaikan permintaan itu didasarkan pada basis produksi (supply) yang lebih rendah dari kapasitas maksimalnya. Pasalnya, saat ini, kapasitas produksi dari perusahaan secara keseluruhan masih sekitar 76%. 

“Kenaikan permintaan dalam negeri itu masih jauh dari produksi yang ada. Istilahnya kesenjangan output yang negatif itu memang masih besar. Sehingga dorongan dari sisi permintaan dari inflasi itu masih tetap lemah,” jelasnya.

BI, sambungnya, memproyeksi tingkat inflasi tahun ini berada di level 3,1% (year on year/yoy). Selain sangat dekat dengan batas bawah sasaran inflasi otoritas 4% ± 1%, angka ini jauh dari asumsi yang ada dalam APBNP 2016 sebesar 4%. 

Selain itu, pihaknya berujar ada ekspektasi inflasi yang terjaga rendah. Indikator ini dinilai sebagai bagian dari kredibilitas kebijakan pemerintah dan BI. Namun demikian, memang ada faktor harga komoditas yang masih rendah kendati sudah ada perbaikan. 

Tambahan apresiasi dari nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir, sambungnya, membuat variableimported inflation juga rendah. Pada September 2016, inflasi inti stabil di level 3,21% (yoy) dan indeks harga konsumen (IHK) secara keseluruhan tercatat 3,07% (yoy). 

Perry berujar pengendalian harga pangan yang dilakukan antara BI dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga berhasil. Pada bulan lalu, kelompok volatile food tercatat mengalami deflasi sebesar 0,09% (month to month) yang bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan. 

Rendahnya tingkat inflasi, lanjutnya, masih akan terjadi tahun depan. Pihaknya memproyeksi tingkat inflasi pada 2017 sekitar 3,5%, naik tipis dari proyeksi tahun ini. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) memang akan menyulut inflasi, tetapi hanya tomporer.

Atas performa dan outlook tersebut, dia tidak menjelaskan sehat atau tidaknya tingkat inflasi. Namun, performa tersebut mendukung adanya stabilitas ekonomi nasional sehingga membuat Otoritas Moneter kembali melonggarkan kebijakannya dengan memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andhika Anggoro Wening
Terkini