PRODUKSI GARAM: Kalau Masih Impor, itu 'Kecelakaan'

Bisnis.com,26 Okt 2016, 10:29 WIB
Penulis: Martin Sihombing
Petani garam/Ilustrasi

Bisnis.com, MEDAN -  Indonesia tidak sulit mewujudkan swasembada garam karena memiliki sumber daya yang melimpah dan tradisi dalam memproduksi kebutuhan rumah tangga tersebut, kata seorang legislator.

"Jadi, kalau masih impor, itu sudah 'kecelakaan' namanya," kata Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Sumatra Utara Sopar Siburian di Medan, Rabu (26/10/2016).

Menurut Sopar, produksi garam merupakan usaha yang sudah lama dilakukan rakyat sehingga seharusnya tidak menjadi kesulitan bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan swasembada garam.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian hanya perlu membuat operasi khusus dengan memberdayakan petani garam.

Meski kadar air lautnya lebih bagus di Jawa Timur, tetapi pemerintah tetap dapat memberdayakan petani garam di daerah pesisir lainnya di Tanah Air.

Kementerian Pertanian perlu memberikan dukungan, baik peralatan mau pun teknologi sehingga petani garam nasional dapat memaksimal produksinya.

"Dengan cara tradisional saja mereka sudah mampu memproduksi garam, apalagi dibantu dengan mesin dan teknologi canggih," katanya.

Politisi Partai Demokrat itu menilai, upaya merealisasikan swasembada garam tersebut belum serius dijalankan dan belum bersifat menyeluruh.

Kondisi itu dapat dilihat dari belum adanya program untuk meingkatkan produksi garam di daerah.

"Termasuk di Sumut, belum terlihat adanya nomenklatur untuk menciptakan swasembada garam itu," katanya.

Jika dilihat secara umum Sopar Siburian menilai pemangku kebijakan di bidang pertanian "lalai" dalam menjaga produksi garam sehingga gagal menjaga swasembada.

Kondisi itu disebabkan anggaran yang dikeluarkan pemerinrah untuk impor garam tidak terlalu besar dan tidak merumitkan jika dibandingkan dengan upaya membina dan memberdayakan petani garam.

"Mungkin agak diabaikan, karena biaya impor garam belum mengganggu APBN, beda dengan beras," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini