Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi baja milik negara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., belum membuat keputusan mengenai rencana penawaran umum perdana saham (IPO) anak usaha perseroan.
Direktur Keuangan Krakatau Steel Tambok Parulian Setyawati Simanjutak mengatakan pihaknya masih mengkaji mengenai rencana IPO tersebut dan belum memutuskan waktu pelaksanaan aksi korporasi itu.
Menurutnya, anak usaha yang dianggap potensial untuk melakukan IPO adalah lain PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) dan PT Krakatau Daya Listrik (KDL). “Sekarang masih dalam pembahasan,” katanya, Senin (31/10/2016).
Pada 2015, total aset KDL mencapai US$252,12 juta dan aset KIEC sebesar US$120,86 juta. Kedua perusahaan itu 100% sahamnya dimiliki oleh emiten berkode saham KRAS tersebut.
Pada saat ini, KDL berencana membangun boiler batu bara 2x80 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara 1x150MW. Salah satu sumber pendanaan bagi PLTU 1x150 MW itu berasal dari penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan kepada Krakatau Steel.
Sementara itu, bidang usaha KIEC antara lain industrial (kawasan industri, pergudangan, perkantoran), komersial (hotel, lapangan golf, sarana olahraga), residential (perumahan).
Luas kawasan industri KIEC seluas 550 hektar (kawasan industri I) dan 75 hektar (kawasan industri II). Fasilitas di kawasan industri itu antara lain Pelabuhan Cigading, pembangkit listrik, pabrik pengolah air industri dan sebagainya.
Hotel yang dimiliki oleh KIEC adalah The Royale Krakatau Hotel yang terletak di Cilegon, Jawa Barat yang bersebelahan dengan Lapangan Golf Krakatau Permata atau salah satu lapangan golf pertama di Indonesia.
Rencana IPO KIEC sempat mencuat pada 2015 ketika perusahaan itu mengumumkan di surat kabar mengenai pengadaan penjamin pelaksana emisi. Namun, sampai saat ini rencana tersebut belum terealisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel