Investor Lokal Bangun Pabrik Benih Tembakau Virginia Hibrida

Bisnis.com,05 Nov 2016, 17:35 WIB
Penulis: Martin Sihombing
Petani memanen daun tembakau di persawahan desa Mandisari, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/8)./Antara-Anis Efizudin

Bisnis.com, MATARAM -  Investor dari dalam negeri telah membangun pabrik produksi benih tembakau virginia hibrida di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, untuk memenuhi kebutuhan petani di daerah itu.

"Perusahaan tersebut sudah berproduksi tahun ini, namun volume produksi masih relatif sedikit, yakni 1,5 kuintal benih," kata Kepala Dinas Perkebunan Nusa Tenggara Barat (NTB) H Budi Subagio, di Mataram, Sabtu (5/11/2016).

Menurut dia, produsen benih tembakau virginia hibrida di Lombok Tengah itu, merupakan satu-satunya di Indonesia.

Perusahaan tersebut mengklaim mampu memproduksi benih tembakau virginia hibrida berkualitas, yang nantinya bisa meningkatkan produksi tembakau hingga 2 ton per hektare (ha) dari rata-rata produksi petani di Pulau Lombok, sebanyak 1,8 ton/ha.

Perusahaan tersebut telah memperoleh izin sebagai penangkar benih dari Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi melalui Dinas Perkebunan NTB.

Rencananya, kata Budi, perusahaan tersebut akan melepas benih yang diproduksinya secara resmi ke pasaran pada 2017.

"Kami berharap benih yang diproduksi tidak hanya untuk kebutuhan lokal, tapi juga daerah lain di Indonesia, termasuk untuk ekspor," ujarnya.

Keberadaan produsen benih tembakau virginia hibrida itu, menurut Budi, juga bisa dijadikan mitra oleh 13 perusahaan rokok untuk memenuhi kebutuhan benih bagi belasan ribu petani mitranya.

Budi juga berencana menjadikannya sebagai mitra untuk pengadaan bantuan benih tembakau bagi para petani melalui dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).

Selama ini, Dinas Perkebunan NTB mengalokasikan DBHCT mencapai belasan miliar rupiah untuk pengadaan benih tembakau virginia untuk para petani.

"Kami rencanakan tahun depan DBHCHT untuk pengadaan benih tembakau virginia hibrida produksi perusahaan lokal tersebut. Jadi bisa efisien karena dana yang dibutuhkan paling Rp7 miliar," kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini