Energi Panas Bumi: Ditarget Beroperasi 2024, WKP Simbolon Samosir Bakal Dikembangkan Hingga 110 Megawatt

Bisnis.com,06 Nov 2016, 23:48 WIB
Penulis: Annisa Lestari Ciptaningtyas
Ilustrasi: Pengecekan rutin pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT. Pertamina Geothermal Energy/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA--Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Simbolon Samosir ditargetkan beroperasi pada tahun 2024 dan rencananya bakal dikembangkan sebesar 110 megawatt (MW).

WKP ini memiliki luas area sebesar 168.800 hektar are (Ha), yang meliputi enam Kabupaten yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Dairi.

Saat ini pemerintah mulai melakukan pelelangan kepada WKP tersebut, pasalnya Simbolon Samosir masuk dalam daftar delapan WKP yang dilelang tahun 2016 ini.

Guna menghilangkan hambatan dalam pengembangannya pemerintah melalui Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dtijen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) memberikan Sosialisasi Pengembangan Panas Bumi di WKP Simbolon Samosir di Sumatra Utara.

Direktur Panas Bumi Yunus Saefulhak mengatakan di samping untuk memenuhi listrik bagi masyarakat, Pemanfaatan Panas Bumi pada Wilayah Kerja Panas Bumi Simbolon Samosir diharapkan juga dapat mendatangkan tambahan pendapatan bagi daerah, "melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sebagian pendapatan kotor pemegang izin Panas Bumi,” ujar Yunus seperti dikutip dalam situs resmi Ditjen EBTKE, Minggu (6/11/2016).

Dengan dilaksanakan sosialisasi ini, lanjutnya, diharapkan pelelangan WKP Simbolon Samosir, dapat terlaksana dengan lancar.

"Pemenang lelang nantinya dapat melaksanakan kegiatan dengan dukungan dari seluruh pihak, terutama pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga pemanfaatan panas bumi dapat terlaksana sesuai dengan target," pungkas Yunus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini