Infrastrukur Bakal Dongrak Harga Lahan Industri

Bisnis.com,08 Nov 2016, 20:34 WIB
Penulis: Rivki Maulana
ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Kalangan analis memproyeksi pembangunan infrastruktur bakal mengerek harga lahan industri, terutama di kawasan Jabodetabek yang menjadi kawasan industri terbesar di Indonesia.

Franky Rivan, analis Daewoo Securities, mengatakan proyek Pelabuhan Patimban dan jalan tol layang (elevated) Jakarta-Cikampek akan menjadi dua proyek yang akan merangsang penjualan lahan industri di wilayah Jabodetabek, terutama di koridor Timur karena melintasi Bekasi dan Karawang.

Dia memperkirakan, harga lahan industri di Jabodetabek akan terkerek berkat pembangunan dua proyek tersebut. "Kenaikan harga lahan industri ini akan menguntungkan developer," tulisnya dalam riset yang dikutip Bisnis.com,  Selasa (8/11/2016).

Secara khusus, dia memprediksi sektor logistik akan menjadi salah sektor yang paling ekspansif. Pasalnya, merujuk laporan Colliers, sektor ini menyerap 48% penjualan lahan industri di sepanjang sembilan bulan 2016.

Berdasarkan data Colliers, harga rata-rata lahan industri di Bekasi dan Karawang mengalami cenderung stagnan, hanya tumbuh masing-masing 0,86% dan 2,05%. Namun, bila harga lahan dipatok dala rupiah, harga rata-rata mengalami koreksi tipis karena ada selisih kurs dalam periode satu tahun terakhir.

Harga rata-rata lahan industri di dua wilayah itu masing-masing US$222,1 per m2 dan US$188,8 per m2. Sementara itu, harga rata-rata dalam rupiah masing-masing Rp2,91 juta dan Rp2,48 juta.

Sebagaimana diketahui, pembangunan proyek Pelabuhan Patimban dan jalan tol layang Jakarta-Cikampek direncanakan dimulai pada 2017. Tahap awal, kapasitas Pelabuhan Patimban akan dibangun hingga 1,5 juta TEUs(Twenty Foot Equivalent Unit). Sementara itu, PT Jasa Marga (Persero) Tbk akan membangun jalan tol layang di atas jalan tol yang sudah ada sejauh 36,84 km.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini