Harga Minyak Mentah Berpotensi Tembus US$60 per Barel

Bisnis.com,25 Nov 2016, 04:22 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Rencana pemangkasan produksi minyak mentah berpotensi membuat harga minyak meningkat hingga US$60 per barel.

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono menuturkan harga minyak mentah dunia sangat berpotensi kembali rebound dan berpotensi mencapai US$50 per barel, dengan level tertinggi di posisi US$60 per barel.

Di sisi lain, sentimen penguatan dolar belakangan cenderung menekan lawan komoditas termasuk dolar.

Kendati begitu, fundamental global masih optimis akan terjadi rebound minyak mentah dan berlanjut menjadi tren bullish untuk jangka menengah dan panjang.

Wahyu mengungkapkan saat ini yang perlu diperhatikan adalah negara mana saja yang akan melakukan pembatasan produksi minyak dan berapa banyak yang dikurangi dari tiap-tiap negara. Menurutnya, produsen minyak dunia pun tidak ingin kekurangan pangsa pasar.

"Pemangkasan itu diperlukan sebagai konsekuensi bisnis minyak yang melemah," tegasnya, Kamis (24/11/2016).

Menurutnya, bila tidak ada kebijakan atas persediaan yang terjadi selam ini, maka dampaknya akan mengarah lebih buruk kepada OPEC atau produsen, sehingga pemangkasan itu meski dipertimbangkan.

Bila terjadi pemangkasan persediaan oleh produsen minyak, maka akan terjadi kompetisi yang memicu kenaikan harga. Di sisi lain, Amerika Serikat pun tidak mau membuang peluang dan berencana menambah output minyak.

Data U.S. Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (18/11) menjadi 489,02 juta barel, naik 32,99 juta dolar atau 7,23% dari posisi 456.03 juta barel pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun peningkatan minyak mentah AS ini akibat lonjakan impor ke level tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, produksi domestik minyak mentah AS per Jumat (18/11) mencapai 8,69 juta barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini