DARMIN NASUTION: Orang Indonesia Lebih Suka Beli Tanah Ketimbang Menabung

Bisnis.com,06 Des 2016, 12:59 WIB
Penulis: Newswire
Darmin Nasution/Reuters-Enny Nuraheni

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai masyarakat Indonesia cenderung lebih suka membeli tanah dibandingkan menabung di bank.

Dan inilah yang menjadi salah satu faktor  masih rendahnya tingkat dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk simpanan atau tabungan terhadap PDB, sambung Darmin. Faktor lain yang membuat dana pihak ketiga rendah adalah prilaku konsumtif masyarakat Indonesia.

"Sebenarnya faktor yang paling banyak pengaruhnya terhadap saving [tabungan] selain konsumsi, ya spekulasi tanah. Bangsa kita itu senang sekali saving di tanah," ujar Darmin seusai Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Menurut Darmin, perilaku masyarakat ini kurang baik karena akan membuat harga tanah semakin mahal, kendati faktanya memang demikian. Darmin menyayangkan belum banyaknya masyarakat yang menyimpan uang di bank.

"Ini harus mulai kita pikirkan, tidak bisa orang saving itu kerjanya beli tanah, itu tidak sehat. Tapi yang lebih buruk, saving di surat berharga dan perbankan tidak setinggi yang seharusnya," ujar Darmin.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, rasio tabungan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah, 34,8% pada 2015. Padahal, Singapura memiliki  rasio tabungan terhadap PDB 49%, bahkan Filipina 46%.

Selain itu, perkembangan rata-rata rasio tabungan rumah tangga terhadap total pendapatan di Indonesia juga masih rendah, yakni 8,5%. Rasio tabungan rumah tangga penghasilan paling rendah hanya 5,2% dan rumah tangga penghasilan tertinggi mencapai 12,6%.

Presiden Joko Widodo sendiri mengharapkan pada 2019 rasio tabungan terhadap PDB dapat meningkat 75%. "Tabungan pada 2019 minimal 75%, sekarang masih 35%," ujar Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini