Pertamina Targetkan 1.000 MW Pembangkit EBT Hingga 2020

Bisnis.com,16 Des 2016, 12:54 WIB
Penulis: Annisa Lestari Ciptaningtyas
Energi terbarukan/bumn.go.id

Bisnis.com, JAKARTA--PT Pertamina (persero) berencana mengembangkan 1.000 megawatt (MW) pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2020, terutama yang berasal dari energi angin dan surya.

Hal itu disampaikan Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani dalam Pertamina Energy Forum 2016 yang mengusung tema “Energy Environment, Policy, and Governance: The Current Dynamics” diJakarta.

"Pertamina siap berinvestasi di bisnis hulu energi baru dan terbarukan dimana belanja modal yang diperlukan, di luar panas bumi, diperkirakan mencapai sekitar US$ 1,5 miliar hingga 2019," kata dia seperti dikutip dalam situs Ditjen EBTKE, Jumat (16/12).

Selain modal, lanjutnya, perseroan juga merencanakan empat strategi dalam pengembangan energi baru terbarukan, pertama menerapkan efisiensi energi sebagai bagian dari energy bersih, disamping itu mengatur supply dan demand dari sisi produksi.

"Yang tidak kalah penting mengkampayekan pengelolaan konsumsi yang lebih benar dengan menerapkan teknologi baru yang lebih efisien,"tambah Yenni.

Strategi lain, lanjutnya, membangun serta mempercepat infrastruktur gas alam pasalnya tidak dapat dipungkiri gas masuk sebagai kategori energi bersih yang sumber dayanya tersedia di Indonesia.

"Kami juga memberi masukan pengembangan energi baru terbarukan sebaiknya tidak berdiri sendiri tapi satu keatuan dengan sumber energi bersih lainnya dalam hal ini gas alam sebagai base load dalam  sebuah hybrid solution yang terintergasi hal ini akan meningkatkan kompetitif secara koemrsial maupun mengatasi keterbatasan koneksi grid dan masalah - masalah stabilitas jaringan yang sering muncul dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan,"jelas Yenni.

Terakhir, strategi yang dirancang, inovasi dalam bidang infrastruktur dan bisnis untuk mengurangi biaya energi yang harus ditanggung konsumen.

Sementara itu, Renewable Energy Markets Analyst International Energy Agency (IEA) Heymi Bahar menambahkan, pertumbuhan permintaan listrik, ketergantungan impor bahan bakar fosil, dan masalah polusi udara serta lingkungan jadi faktor pendorong peningkatan energi baru terbarukan di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini