BI: Desember 2016, Inflasi di Kaltim Capai 1,04%

Bisnis.com,04 Jan 2017, 02:59 WIB
Penulis: Muhamad Yamin
Kota Samarinda menjelang malam/Ilustrasi-www.kotatepiansamarinda.blogspot.com

Bisnis.com, SAMARINDA - Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Desember 2016 mencatat inflasi sebesar 1,04% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,21% (mtm). Peningkatan inflasi Kaltim Desember 2016 sesuai dengan pola historisnya.

"Capaian inflasi Kaltim bulan ini berada diatas level inflasi Nasional sebesar 0,42% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kaltim periode Desember 2016 sebesar 3,39% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi tahunan Kaltim periode sebelumnya," jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Timur, Muhammad Nur, Selasa (3/1/2017).

BI Kaltim mencatat kondisi inflasi tersebut serupa juga terjadi pada inflasi tahun kalender (Januari-Desember) yang meningkat dari 3,33% (ytd) pada November 2016. Inflasi Kaltim 2016 ini capaian inflasi terendah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

"Berdasarkan kota pembentuknya, Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,87% (mtm) atau secara tahunan sebesar 2,83% (yoy). Sementara itu, Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 1,26% (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,13% (yoy)," jelas Nur.

Penyebab utama inflasi pada kedua kota tersebut, terutama komoditas daging ayam ras dan layang/benggol. Disusul, kenaikan tarif angkutan udara dan tarif pulsa ponsel juga menjadi salah satu penyebab tekanan inflasi pada kedua kota tersebut.

"Dilihat dari komponen pembentuknya, kelompok administered price (komoditas yang harganya ditetapkan pemerintah) mengalami inflasi sebesar 0,39% (mtm) atau 5,89% (yoy), diikuti oleh kelompok volatile foods sebesar 0,27% (mtm) atau 1,81% (yoy), dan terakhir kelompok core yang mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm) atau 3,11% (yoy)," kata Nur.

BI Kaltim juga mencatat pada kelompok bahan makanan, daging ayam ras dan ikan layang menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada bulan ini yang disebabkan adanya lonjakan permintaan menjelang Natal dan tahun baru.

"Peningkatan tarif angkutan udara juga turut mendorong laju inflasi pada kelompok administered price seiring dengan momen libur panjang akhir tahun. Di sisi lain, kelompok inti mampu menahan terjadinya laju inflasi lebih dalam, terutama pada kelompok emas perhiasan, air kemasan dan gula pasir," kata Nur.

Secara umum, inflasi tahun 2016 relatif terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional, yaitu 4%±1% (yoy). Rendahnya pencapaian inflasi tahun 2016 disebabkan oleh faktor perlambatan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat permintaan masyarakat sebagaimana terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini