Sejarah Sambal: Aslinya Tak Selalu Pedas

Bisnis.com,09 Jan 2017, 08:04 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Sambal/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Sambal memang tak bisa dipisahkan dari kebiasaan makan orang Indonesia. Sambal identik dengan rasa pedas dari cabai yang mampu menggugah selera makan. Namun, siapa tahu pada mulanya sambal tak berarti selalu pedas.

Dikutip dari buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, pada halaman 23 sang penulis Fadly Rahman mencatat bahan sambal mungkin masih menggunakan cabya/cabe jawa (Piper retrofractum) pada abad ke-10. Jenis ini tidak sama dengan genus cabai dari Amerika Serikat yang baru dibawa dan diperkenalkan orang-orang Spanyol dan Portugis pada abad ke-16.

Sebagai saus lokal, sambel pun melekat pada pecel. Apabila dikaitkan dengan sajian berbahan ragam sayuran ini, jenis sambal yang paling mungkin dipakai adalah sambal kacang. Artinya, sensasi sambal bukan berarti selalu pedas, yang setelah melalui abad ke-17 M lebih identik berbahan genus cabai dari Amerika Selatan (chili).

Bahan sambal pun sebenarnya bisa didapat dari bahan kacang tanah. Bahkan, hal menarik adalah adanya nama sambel jahe. Jika genus cabai dari Amerika Selatan belum terbudidayakan pada masa sebelum abad ke-16 M, mungkin bahan pemedas lainnya masih tertuju pada jahe yang memiliki sifat rasa pedas dan hangat yang ditimbulkan oleh efek gingerin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini