Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Malaysia kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuannya dalam rapat kebijakan ketiga berturut-turut demi membantu mendorong kinerja mata uang negara tersebut.
Seperti dilansir Bloomberg (Kamis, 19/1/2017), Bank Negara Malaysia mempertahankan suku bunga acuannya di level 3%, seperti yang diprediksi oleh seluruh 17 ekonom dalam survey Bloomberg.
Nilai tukar ringgit telah terdepresiasi sekitar 6% terhadap dolar sejak kemenangan tak terduga Donald Trump pada pilpres AS – performa terburuk di antara mata uang emerging markets Asia – sehingga mendorong Bank Negara untuk mengambil langkah membatasi perdagangan forex offshore demi menahan kemerosotan mata uang tersebut.
Dalam pernyataannya hari ini, Bank Negara menyebutkan bahwa langkah tersebut telah membantu memberikan stabilitas pada ringgit, meskipun ketidakpastian dalam ekonomi global serta perkembangan geopolitik dan kebijakan dapat menyebabkan volatilitas pada pasar forex dan finansial regional.
Di sisi lain, dengan potensi lebih banyaknya langkah kenaikan suku bunga The Fed tahun ini, ruang bagi pelonggaran kebijakan lebih lanjut kemungkinan tertutup.
“Mengingat tekanan pada mata uang emerging markets serta potensi tekanan imbal hasil AS yang lebih tinggi terhadap perbedaan suku bunga antara AS dan Malaysia, Bank Negara akan memiliki lebih sedikit ruang untuk melonggarkan suku bunganya. Saya tidak melihat cukup banyak tekanan terhadap Bank Negara untuk melakukan pemangkasan pada titik ini,” ujar Julia Goh, Ekonom United Overseas Bank Ltd., sebelum rilis keputusan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel