Bisnis.com, JAKARTA- Bahana Securities memperkirakan Bank Indonesia akan kembali menahan suku bunga acuan.
“Bank Indonesia diperkirakan akan kembali menahan suku bunga acuan tidak berubah mengawali tahun ini,” kata Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian dalam rilisnya yang diterima hari ini, Kamis (19/1/2017).
Dikemukakannya ada dua alasan utama yang diperkirakan mendorong BI menahan suku bunga acuan.
Pertama, adanya tekanan inflasi dari kenaikan tarif listrik.
Kedua, tekanan dari pasar global menjelang pelantikan presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2017.
Terkait listrik, Fakhrul mengemukakan pemerintah telah menaikkan tarif listrik untuk pelanggan 990 VA yang jumlahnya diperkirakan mencapai 18,8 juta pelanggan pada awal tahun ini.
Dengan adanya kenaikan tarif ini, ujarnya, diperkirakan akan ada tambahan inflasi pada Januari sebesar 0,15%. Sehingga pada akhir 2017, inflasi bisa naik ke level 3,8%, naik cukup tinggi bila dibandingkan pencapaian inflasi tahun lalu hanya sebesar 3,02%.
''Sebenarnya saat ini adalah fase untuk mendorong pertumbuhan ekonomi karena tekanan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan tidak lagi terlalu mengkhawatirkan. 'Namun kelihatannya bank sentral masih mempertahankan suku bunga di level saat ini, untuk melihat perkembangan inflasi setelah kenaikan tarif listrik," kata Fakhrul.
Demi mendorong pertumbuhan ekonomi saat suku bunga tetap, ujarnya, Bank Indonesia sebenarnya sudah memberikan sinyal akan menggunakan bauran kebijakan macroprudential, yang telah diumumkan saat perhelatan tahunan Bankers Dinner pada akhir tahun lalu.
BI, tambahnya, berencana memberlakukan pembayaran GWM secara rata-rata atau secara teknikal disebut averaging GWM untuk memberi fleksibilitas kepada bank dalam mengatur likuiditasnya mulai pertengahan tahun ini.
Sebelum aturan ini diberlakukan, Bahana memperkirakan Bank Indonesia akan membeberkan detail lebih lanjut tentang GWM untuk meningkatkan appetite bank untuk memberikan pinjaman.Tahun lalu saja, kredit perbankan hanya tumbuh dibawah 10%, untuk sepanjang 2017, Otoritas Jasa Keuangan menargetkan kredit tumbuh sekitar 13%.
''Bila ingin kredit tumbuh double digit, perlu ada pelonggaran peraturan GWM dalam bentuk yg sesuai bagi perbankan supaya bank memiliki keleluasaan untuk memberi kredit ditengah-tengah risiko kredit yang belum benar-benar pulih karena masih seretnya perekonomian," ungkap Fakhrul.
Dengan lebih aktifnya perbankan dalam menyalurkan kredit, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurut BI masih bisa bertumbuh antara 5% - 5,4% untuk sepanjang tahun ini.
“Estimasi ini sesuai dengan perkiraan Bahana yang sebelumnya sudah memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebesar 5,3% pada 2017, seiring dengan perbaikan harga komoditas yang akan memberi dampak positif terhadap kinerja ekspor,” kata Fakhrul.
Seperti diketahui rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia digelar 18 dan 19 Januari 2017.
Sore ini BI akan mengumumkan catatan hasil rapat dua hari, salah satu yang ditunggu adalah BI 7-day (Reverse) Repo Rate.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel