China Bilang Langkah Itu Harus Ada Alasan yang Masuk Akal

Bisnis.com,31 Jan 2017, 15:15 WIB
Penulis: Newswire
Senator AS Elizabeth Warren berbicara di tengah kerumunan massa yang berkumpul di Copley Square di Boston, Massachusetts, untuk memprotes pelarangan masuk terhadap Muslim (Muslin ban) yang menjadi kebijakan Presiden Donald Trump./Reuters-Brian Snyder

Bisnis.com, BEIJING -  Kebijakan Presiden Amerika Serikat melarang pengungsi dari tujuh negara berpenduduk sebagian besar muslim adalah haknya sebagai kepala negara, tetapi langkah itu mesti didasari atas alasan masuk akal, kata pemerintah China, Senin (30/1/2017).

Perintah pelarangan itu, yang ditandatangani pada Jumat, ditentang banyak politisi dari Partai Demokrat dan Republik, serta banyak kepala negara asing mengecam kebijakan tersebut.

Banyak warga memrotes kebijakan itu di bandar udara dan menggugatnya ke pengadilan.

Trump mengatakan, pelarangan tersebut tidak dilatari kebencian terhadap agama tertentu, tetapi agar AS tetap aman.

BERITA LAIN

---------------------------------------------------------


Kebijakan itu dibuat demi melindungi AS dari ancaman pegaris keras.

Kementerian Luar Negeri China telah mencermati laporan sejumlah pihak terkait kebijakan larangan pengungsi pemerintah AS.

"China meyakini kebijakan terkait pengungsi merupakan bagian dari kedaulatan suatu negara," kata kementerian.

"Namun, aturan itu mesti dilandasi alasan masuk akal," tambah kementerian dalam pernyataan singkatnya.

Pemerintah tidak memberi keterangan lebih lanjut.

China tengah menjalani masa libur Tahun Baru Imlek selama satu minggu, sehingga pegawai negeri baru bekerja Jumat.

Negeri Tirai Bambu tengah meningkatkan diplomasinya dengan negara kawasan Timur Tengah, khususnya Iran dan Sudan, dua negara yang mengisi daftar larangan pengungsi Trump.

Populasi muslim di China mencapai sekitar 20 juta jiwa, termasuk diantaranya warga Uighur di wilayah barat Xinjiang.

Wilayah itu tengah mengalami masalah dengan pegaris keras, kata pemerintah.

Pegiat hak dan pelarian politik mengatakan, penyebab konflik Xinjiang adalah kebijakan keras pemerintah berikut ketatnya pengawasan terhadap penganut Islam.

Kerusuhan di Xinjiang dikabarkan mengorbankan ratusan jiwa dalam beberapa tahun belakangan.

Namun, China menyangkal tuduhan pegiat, bahkan pemerintah menjamin kebebasan beragama warganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini