Pemerintah Waspadai Inflasi dan Situasi Global

Bisnis.com,03 Feb 2017, 20:55 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Menteri Keuangan Sri Mulyani selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyimak pertanyaan wartawan ketika memberikan keterangan pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (3/2/2017)./Antara-Widodo S. Jusuf

Bisnis.com, JAKARTA – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memproyeksikan risiko eksternal (global) dan internal (domestik) bakal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, risiko eksternal itu dipengaruhi situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya solid, ketidakpastian arah kebijakan Amerika Serikat, rencana kenaikan Fed funds rate, serta proses penyeimbangan ekonomi China.

"Sedangkan risiko domestik, disebabkan potensi kenaikan inflasi akibat administered prices, tantangan untuk meningkatkan penerimaan negara dan mengendalikan defisit anggaran," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (3/2/2017).

Untuk mengatasi situasi tersebut, tahun ini pemerintah telah menyetujui penyusunan tata kelola KSSK yang mencakup prosedur operasional standar komunikasi publik dan protokol manajemen krisis, pembangunan database KSSK, hingga simulasi penanganan krisis sistem keuangan.

Sejumlah strategi tersebut diharapkan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi secara umum lebih baik dan stabilitas sistem keuangan tetap terkendali.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, selain masalah faktor eksternal dan internal. Peningkatan inflasi berdasarkan komponen administered prices menjadi perhatian serius pemerintah.

Administered prices diperkirakan akan mempengaruhi angka inflasi tahun ini. Prediksi itu karena sejumlah kebijakan pemerintah misalnya kenaikan tarif listrik, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), hingga penerapan BBM satu harga.

Bank sentral sendiri sudah mengantisipasi situasi itu dengan menjaga stabilitas komponen lainnya, misalnya stabilitas harga pangan. Melalui langkah tersebut, mereka memproyeksikan kisaran inflasi tahun ini berkisar 3 – 5%.

“Kami sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi itu, mengikuti pada bulan Januari, inflasi bisa di angka 3 – 5% ketika komponen yang lain misalnyavolatile food terjaga,” jelasnya.
Seperti diketahui, dalam laporannya Senin kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan, inflasi pada bulan Januari mencapari 0,97%.

Salah satu faktor yang memengaruhi kenaikan angka inflasi tersebut adalah administered prices. Inflasi tahunan (y0y) mencapai 3,49%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini