Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar) mendapatkan pinjaman bilateral dari PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) senilai Rp500 miliar.
Pinjaman tersebut memiliki bunga kredit yang mengacu pada Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) ditambah margin 1,25% per tahun.
Dalam isi perjanjian kerja sama yang diteken di kantor BCA, Jakarta, Senin (6/2/2017), disebutkan BCA bersedia memberikan fasilitas kredit Rp500 miliar untuk biaya kredit produktif dengan batas waktu penarikan 20 Februari 2017.
Direktur Utama Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat menyatakan skema pinjaman bilateral tersebut berfungsi memperlancar likuiditas Bank Sulselbar yang selama ini kesulitan dalam mencari dana segar.
Selain itu, tambahan likuiditas tersebut juga akan digunakan untuk menggenjot pertumbuhan kredit di sektor produktif, seperti Kredit Usaha Rakyat. Menurutnya, saat ini Provinsi Sulselbar tengah berkembang pesat dan sehingga masih banyak potensi yang dapat dioptimalkan.
“Pinjaman Rp500 miliar ini akan disalurkan ke sejumlah sektor-sektor produktif yang telah menunggu. Memang ratenya 1,25% di atas JIBOR dan itu berarti lebih dari 8%, tetapi kami masih bisa menjual antara 9%-10% untuk hal-hal yang spesifik bagi kepentingan kredit produktif kami,” katanya kepada Bisnis.
Andi menambahkan, nantinya penyaluran kredit produktif akan lebih difokuskan pada bidang usaha pertanian. Hal tersebut, sambungnya, sejalan dengan rencana pembangunan yang telah dirancang pemerintah pusat.
“Kami akan lebih ke pertanian, karena negara menspesifikkan Provinsi Sulsel untuk bidang pertanian, seperti halnya Bali dengan bidang pariwisata untuk menggenjot pertumbuhan nasional.”
Andi berharap sinergi dengan BCA itu dapat menjembatani keinginan bank swasta terbesar di Indonesia tersebut untuk memperluas areal pelayanannya hingga ke daerah-daerah.
Selain pinjaman bilateral, kedua pihak juga meneken perjanjian kerja sama Global Master Repurchase Agreement (GMRA) Indonesia.
Direktur BCA Rudy Susanto menyatakan kerja sama GMRA tersebut dilakukan untuk menjaga likuiditas perbankan nasional yang terbentuk karena dorongan dari Bank Indonesia.
“Jadi kalau untuk repo securitas itu agak mudah, bank yang likuiditasnya agak kurang tetapi mempunyai instrumen yang bisa direpo, itu bisa," katanya.
Senior Executive Vice President BCA Branko Windoe menambahkan GMRA merupakan secured loan yang berfungsi untuk meningkatkan pembangunan pasar.
Ke depan, kata Branko, pihaknya akan lebih meningkatkan kerja sama dengan grup bank pembangunan daerah sejalan dengan keinginan perseroan untuk menunjang pembangunan di daerah pelosok.
Penandantanganan GMRA tersebut akan ditindaklanjuti dengan kerja sama di bidang program pendidikan dan pelatihan untuk memudahkan transfer knowledge.
“Lewat kerja sama dengan BPD, itu kita bisa menjangkau masyarakat sampai ke daerah yang sulit kami jangkau kalau harus bergerak sendiri. Kami selalu terbuka bagi siapa yang mau kerja sama dengan kami,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel