EKSPANSI HIMBARA: Proposal Bank Mandiri Sudah Masuk, OJK Tunggu Lainnya

Bisnis.com,07 Feb 2017, 11:13 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Bank Mandiri./.Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Otoritas Jasa Keuangan atau OJK memastikan belum menerima proposal resmi atas rencana PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membuka anak usaha di Malaysia dengan menggandeng bank-bank pelat merah.

Hal tersebut dikemukakan Triyono selaku Advisor Group Dukungan Strategis Dewan Komisioner OJK saat dihubungi Bisnis.

“Kami belum menerima proposal Himbara, yang sudah masuk sekarang hanya Bank Mandiri,” tuturnya.

Rencana Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) saling sinergi dalam ekspansi bisnis ke luar negeri terutama Asean bukan hal baru. Wacana ini bergaung sejak 2016 dan hendak direalisasikan tatkala holding bank BUMN sudah resmi terbentuk tahun ini.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. alias BNI menguatarakan, tahun ini perseroan berencana ekspansi ke Malaysia. Adapun yang hendak dibuka di Negeri Jiran bukan kantor cabang melainkan anak usaha. Emiten bersandi saham BBNI ini mengaku terbuka untuk bersinergi dengan Himbara.

“Setelah ada holding, nanti bank BUMN siapa yang turut berminat juga [untuk buka anak usaha di Malaysia] bisa sinergi dengan kami. Jadi, bukan jalan sendiri-sendiri,” tutur Direktur Treasuri dan Internasional BNI Panji Irawan.

Dia menjelaskan, mengingat yang hendak dibuka di Malaysia adalah anak usaha bukan kantor cabang sehingga harus pihaknya harus menyiapkan direksi tersendiri. BBNI juga perlu mempersiapkan diri untuk dapat memenuhi berbagai persyaratan yang berlaku di Negeri Jiran.

Sembari menunggu terbentuknya holding bank BUMN dan menantikan respon dari Himbara, BBNI fokus memikirkan pemenuhan modal. Perseroan wajib menyetor modal awal senilai US$66 juta – US$75 juta.

“Kita tunggu proses berjalan, nanti bisa jadinya satu bendera dengan Himbara. Kalau bersama-sama ini kan memang jadi tujuan dasar dari pembentukan holding,” ujar Panji.

Menurutnya, apabila ekspansi dilakukan bersama-sama dengan bank pelat merah lain bakal lebih menguntungkan dari segi bisnis. Pasalnya, cakupan pasar yang dibidik bisa lebih luas ketimbang bank pelat merah berjalan masing-masing.

Malaysia dinilai sebagai pasar yang menggiurkan untuk dijajaki lebih jauh terutama dilihat dari segi bisnis remitansi. RI dan Malaysia pun sudah menjalin kerja sama bilateral dalam Kerangka Integrasi Perbankan Asean (ABIF) pada tahun lalu.

Dalam ABIF perlu diingat dua prinsip penting, yakni resiprokalitas dan reducing the gaps. Aspek resiprokalitas mengutamakan kesetaraan nilai manfaat yang diterima masing-masing pihak. Sementara reducing the gaps, berusaha memperkecil kesenjangan yang ada.

ABIF lahir sebagai bagian dari Masyarakat Ekonomi Asean. Proses pembentukannya berlangsung sejak 2011. Tujuan awalnya guna mempercepat liberalisasi perbankan Asean melalui suatu kerangka kerja khusus.

Dalam hemat Triyono, memang sudah waktunya bank-bank berpikir ke kancah regional. Tapi, imbuhnya, jangan lupa untuk berkiprah maksimal pula di pasar dalam negeri. “Relung pasar di Indonesia masih cukup besar untuk digarap, jangan sampai lepas dari pengamatan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini