Pertanian NTB Melambat Signifikan Pada 2016

Bisnis.com,09 Feb 2017, 15:07 WIB
Penulis: Eka Chandra Septarini
Kantor Bank Indonesia di Jakarta/Reuters-Iqro Rinaldi

Bisnis.com, MATARAM -- Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat menilai kinerja sektor pertanian pada 2016 melambat signifikan yaitu sebesar 1,96% (year on year) dibandingkan dengan 2015 sebesar 6,91% (year on year).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mengatakan hal tersebut tercermin dari pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) yang relatif stagnan bahkan nilai tukar petani holtikultura turun cukup dalam seiring dengan kondisi cuasa yang tidak menentu sehingga mempengaruhi produksi.

"Mendorong realisasi investasi dapat menjadi solusi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, baik melalui swasta maupun belanja pemerintah," ujar Prijono saat bertemu media di Mataram, Kamis (9/2/2017).

Tekait sektor pertanian, Prijono menambahkan investasi dibutuhkan untuk mendorong peningkatan produksi dan penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain itu, dibutuhkan penciptaan struktur distribusi dan pasar yang teratur untuk mengakomodasi kepentingan pihak petani dan konsumen.

Secara umum, Bank Indonesia menyatakan sepanjang 2016, ekonomi NTB tumbuh sebesar 5,82% (year on year). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan pada 2015 sebesar 21,77% (year on year). Perlambatan ini disebabkan oleh ekspor tambang yang menurun signifikan setelah tumbuh sangat tinggi pada 2015.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB non tambang pada 201 didorong oleh investasi yang tumbuh tinggi sebesar 8,17% (year on year). Terlihat dari konerja sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 8,64% (year on year).

Konsumsi sepanjang 2016 tumbuh melambat sebesar 1,76% (year on year) yang terendah dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Hal tersebut seiring dengan menurunnya pendapatan masyarakat terutama yang bekerja di sektor pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini